Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kesal dan Lejar Menjelang Naik Kelas di Kompasiana

22 Juli 2020   09:52 Diperbarui: 22 Juli 2020   10:13 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar judul artikel setelah saya sunting

Pernah juga ada yang memprotes nama saya. Nama Daeng melanggar kaidah Ejaan Bahasa Indonesia, karena bahasa kita tidak mengenal konsonan ganda /ch/. Saya jawab serius sambil cengengesan. Nama adalah hak prerogatif pemberi dan penerima. Saya tidak mengada-ada. Itu benar.

Bayangkan nasib Bambang Pamungkas kalau harus ganti nama menjadi Bambang Pemungkas, sebab Pamungkas tidak baku menurut KBBI. Bagaimana pula nasib orang-orang yang bernama Putera dan Puteri, sebabyangbakumenurutKBBI adalah Putra dan Putri.

Sekarang coba renungkan nasib orang-orang yang bernama Ramdan atau Ramlan, sebab nama mereka tidak sesuai KBBI (Ramadan) atau bahasa asal (Ramadhan).

Biar bagaimanapun, perbedaan satu huruf saja pada nama di ijazah, tanda pengenal, dan buku nikah bisa berakibat fatal. Alamat pontang-panting mengurus pengubahan nama. Alamat jadi bola pingpong yang harus mondar-mandir ke sana sini. 

Taksir juga berapa kira-kira biaya yang mesti digelontorkan oleh Pemprov DKI Jakarta demi perbaikan nama Glodok dan Grogol. Sebab, menurut KBBI, yang baku adalah gelodok (kotak; peti) dan gerogol (rumah di atas rakit).

(4)


Hari ini mestinya saya bahagia. Setelah empat tahun berteduh di rumah bernama Kompasiana, akhirnya saya akan pindah kamar. Mirip seperti naik kelas. Dari Taruna ke Penjelajah. Itu pencapaian luar biasa karena saya sering ingkar tulis.

Semula saya berniat menggelar syukuran kecil-kecilan. Setidaknya potong tumpeng, kemudian mengundang Kompasianer di Jabodetabek dan Admin Kompasiana. Termasuk Kevin dan Harry. 

Akan tetapi, pesan tentang keliru tulis nama telanjur memberati dan membebani benak saya. Saya telanjur lejar alias sangat penat. Untung sudah saya edit judulnya.

Tangkapan layar judul artikel setelah saya sunting
Tangkapan layar judul artikel setelah saya sunting
Sempat juga terpikirkan untuk menyuguhkan nasi tumpeng virtual, tetapi kemungkinan besar rasanya tiada beda dengan kelas virtual: hambar. [kp]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun