Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sindrom Avitaminosis di Hadapan Kompasianer Milenial dan Primordial

15 Juli 2020   23:44 Diperbarui: 16 Juli 2020   00:20 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: classicfm.com

Sindrom avitaminosis dapat dialami oleh anak-anak, remaja, hingga lansia. Penyebabnya jelas tidak ada kaitannya dengan faktor genetik, tetapi ada hubungannya dengan faktor lingkungan. Penulis yang tumbuh di tengah keluarga atau lingkungan yang doyan membaca niscaya kaya kosakata. Selain itu, faktor lain yang bisa memantik sindrom avitaminosis sebagai berikut.

  1. Kemalasan. Sindrom avitaminosis vitamin K sering menimpa orang yang malas membaca, enggan belajar, dan sungkan bertanya. Gudang kosakatanya tidak bertambah. Tata bahasanya begitu-begitu saja.
  2. Gangguan konsentrasi. Sindrom avitaminosis juga berkaitan dengan gangguan konsentrasi akibat serangan buru-buru dan cemas kehilangan pengagum. Menurut penelitian, saya lupa siapa dan kapan risetnya dilakukan, penderita gangguan konsentrasi sering mengalami saltik.
  3. Kekurangan nutrisi gramatika. Munculnya gejala sindrom avitaminosis juga sering dikaitkan dengan kekurangan nutrisi tertentu, seperti defisiensi memori bahasa, kekurangan kalori ejaan, atau miskin gairah buka kamus. 

Sumber Gambar: thejakartapost.com
Sumber Gambar: thejakartapost.com


Agar Terhindar dari Sindrom Avitaminosis


Hingga saat ini belum ada pengobatan khusus yang dapat menyembuhkan sindrom avitaminosis. Tidak ada dokter yang dapat menyembuhkannya. Satu-satunya cara, pengobatan sindrom avitaminosis sejauh ini hanya dapat dilakukan oleh si penderita. Orang lain hanya bisa membantu meredakan gejala dan memperbaiki kosakata penderita.

Ada beberapa cara berikut yang bisa dilakukan untuk membantu meringankan gejala.

  1. Terapkan gaya hidup getol membaca. Mengonsumsi bacaan, terutama bacaan dengan gizi seimbang. Dapat pula ditambah dengan kebiasaan nencatat kata yang tidak diketahui artinya. Selain itu, tidak malu bertanya.
  2. Olahraga mata dan relaksasi ingatan. Olahraga mata berupa rutin membaca dan mengelola ingatan dengan baik dapat membantu mencegah gejala sindrom avitaminosis berulang. Anda bisa melakukan olahraga mata ringan, seperti membaca artikel di Kompasiana.
  3. Konsumsi suplemen kata. Gejala sindrom avitaminosis dapat muncul akibat kekurangan nutrisi kata. Maka dari itu, Anda perlu mengonsumsi suplemen kata tambahan lewat seperti kamus dan tesaurus.

Sembuhkan Sindrom Avitaminosis Anda

Jika gejala sindrom Anda terus memburuk setelah melakukan beberapa cara di atas, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter bahasa untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut.

Cari saja plang Praktik Dokter Bahasa Indonesia di sekitar Anda. Saya berdoa semoga Anda beruntung menemukannya. [kp]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun