Perempuan korban pemerkosaan cenderung digambarkan sebagai sosok yang lemah dan tidak memiliki kuasa atas dirinya sendiri, baik di hadapan pelaku ketika pemerkosaan terjadi maupun di hadapan jurnalis dalam pemberitaan. Jurnalis menghimpun keterangan dari pihak keluarga korban, aparat hukum, dan narasumber ahli yang kebanyakan laki-laki.
Bunga (18), bukan nama sebenarnya, mengaku hamil bukan atas keinginannya. Ia mengaku diperkosa.
Metafora pada contoh menggunakan kata bunga. Makna bunga dalam konteks kalimat tersebut bukan 'tanaman hias', melainkan metafora dari keberadaan 'gadis yang cantik'. Nahasnya, metafora seperti itu jelas-jelas mengonstruksi diskriminasi terhadap perempuan.
Yakin tidak ada perempuan bernama "bunga"? Aih, sungguh berat menjadi perempuan! [kp]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H