Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Hentikan Eufemisme Dangkal dalam Penulisan Berita Pemerkosaan

12 Juli 2020   22:59 Diperbarui: 13 Juli 2020   05:49 1267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perempuan korban pemerkosaan cenderung digambarkan sebagai sosok yang lemah dan tidak memiliki kuasa atas dirinya sendiri, baik di hadapan pelaku ketika pemerkosaan terjadi maupun di hadapan jurnalis dalam pemberitaan. Jurnalis menghimpun keterangan dari pihak keluarga korban, aparat hukum, dan narasumber ahli yang kebanyakan laki-laki.

Bunga (18), bukan nama sebenarnya, mengaku hamil bukan atas keinginannya. Ia mengaku diperkosa.

Metafora pada contoh menggunakan kata bunga. Makna bunga dalam konteks kalimat tersebut bukan 'tanaman hias', melainkan metafora dari keberadaan 'gadis yang cantik'. Nahasnya, metafora seperti itu jelas-jelas mengonstruksi diskriminasi terhadap perempuan.

Yakin tidak ada perempuan bernama "bunga"? Aih, sungguh berat menjadi perempuan! [kp]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun