Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Trik Swasunting Sederhana yang Penting Dikuasai Bloger

18 Juli 2019   12:37 Diperbarui: 19 Juli 2019   07:53 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengompori peserta pelatihan untuk menekuri bahasa Indonesia dengan sepenuh cinta | Foto: Endra/Bekraf

Ketiga, keliru membubuhkan tanda baca. Zainal Arifin dan S. Amran Tasai, dalam Cermat Berbahasa Indonesia: untuk Perguruan Tinggi (2004, 209), menguraikan cara menulis petikan langsung. Guna memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat maka kita menggunakan koma, bukan titik dua seperti dalam contoh (2).

Pada akhir kalimat, tanda kutip diterakan setelah tanda titik karena mengapit kutipan langsung. Bukan sebaliknya, tanda kutip dulu baru tanda titik. Supaya lebih jelah (jernih dan jelas), silakan baca kembali hasil swasunting (2).

Kerenyahan dan Kegurihan
Banyak bloger yang senang menggunakan ragam cakapan, sebutan lain lazim dinamai bahasa gaul, dalam tulisan yang diagihkannya kepada pembaca. Tentu saja tidak masalah, yang penting pembaca mengerti apa yang kita tulis.

Namun, bukan berarti menggunakan ragam resmi alamat tulisan kaku. Belum tentu. Kecerdasan gramatikal dan kemahiran memilih kata justru lebih menentukan dibanding terlalu mengagulkan bahasa gaul.

O ya, saya sendiri cenderung memilih kata baku walau tidak jarang juga menggunakan kata takbaku. Apakah tulisan saya kaku sehingga tidak gurih dibaca dan tidak renyah dicerna? Hanya pembaca yang bisa merasakan dan menjawabnya.

Terkait kegurihan dan kerenyahan tulisan, itulah faedah swasunting. Lewat swasunting, kita dapat memperbaiki semua kesalahan. Kalimat yang membingungkan kita perbaiki. Kalimat panjang yang rancu dan bertele-tele kita pangkas dan benahi.

Selain itu, keliru menggunakan kata dan tanda baca berarti kita, sengaja atau tidak, turut serta mengampanyekan penggunaan bahasa Indonesia yang buruk dan salah. Padahal, narablog mestinya ikut menganjurkan atau mencontohkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun