Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Habis-habisan Menulis atau Tak Habis-habis Menulis

16 Juli 2019   13:09 Diperbarui: 16 Juli 2019   15:10 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ayo, terus menulis! Foto: Endra/Bekraf

Penulis mau tidak mau mesti awas memilih kata. Perih dan peri tidak semakna, begitu pula dengan jeri dan jerih. Atau, meski dan mesti. Sekilas tampak remeh, padahal perkara sereceh itu tidak boleh dipandang remeh. Salah kata mengawali salah makna. Dampaknya parah karena kalimat pasti berantakan dan paragraf awut-awutan.

Sesekali saya dengar gerunyam penulis. Katanya, itu saltik belaka. Bisa jadi "ya", mungkin juga "tidak". Mengapa? Sebab tidak sedikit penulis yang jarang membuka kamus sehingga tidak paham arti kata. Itu masih sepele. Malahan ada penulis yang tidak mampu mengenali dan membedakan kata kerja, kata benda, atau kata sifat. Apalagi mengerti kalimat aktif dan pasif atau efektif dan tidak efektif.

Sekali lagi, editor bukan petugas "juru sidik ejaan". Tugas penyunting bukan semata-mata menyidik galat tipografi atau typography error--boleh disingkat typo. Sebagai penulis, seyogianya editor kita bebaskan dari hal sesederhana itu. Biarkan editor menyunting hal pelik lain demi perbaikan naskah.

Jadi, penulis harus rela berkeringat untuk mendalami bahasa Indonesia. Kasihan editor: Jika buku bagus maka penulis yang dipuji-puji, jika buku jelek maka penyunting yang dimaki-maki.

Workshop Writerpreneur digelar atas kerja sama Bekraf dan Create | Foto: Endra/Bekraf
Workshop Writerpreneur digelar atas kerja sama Bekraf dan Create | Foto: Endra/Bekraf
Ketiga: Pekerjaan penulis, ya, menulis. Kalau seseorang sudah tidak menulis, bagaimana ia akan disapa? Mantan atau eks atau bekas penulis? Nah, pertanyaan itu sudah terjawab di bagian awal tulisan ini. Jadi, sebaiknya kita sudahi saja segala hal yang terkait dengan mantan.

(4)
Apakah yang sudah dilakukan oleh 50 peserta pelatihan menulis itu? Adakah mereka sudah mulai menulis? Adakah mereka kian gigih menulis? Adakah mereka berleha-leha saja? Jangan-jangan ada di antara mereka yang bingung mau menulis apa. Hanya Tuhan dan mereka yang tahu.

Hanya saja, jangan ajukan satu pertanyaan ini kepada mereka: Apakah mereka sudah menguasai bahasa Indonesia? Tampaknya belum, tetapi tidak apa-apa. Puluhan tahun belajar bahasa Indonesia saja masih keleyengan, apalagi hanya empat jam belajar bersama mentor atau teman belajar yang segila saya.

Sekali lagi, tidak apa-apa. Mengapa? Sebab masih ada pertanyaan yang belum terjawab: Habis-habisan menulis atau tak habis-habis menulis? Silakan pilih sendiri, itulah jawabannya. Boleh pilih satu, boleh pilih semua. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun