Manchurian tentu saja berharap tuah Solksjaer dan Pogba cukup moncer untuk menjungkirkan Blaugrana. Bagaimanapun, kegemilangan Solksjaer dan kecemerlangan Pogba akan menentukan nasib Setan Merah.
Masalahnya, Barcelona bukanlah Bayern Muenchen yang pernah ditundukkan oleh Setan Merah. Bukan pula Argentina yang ditaklukkan oleh Prancis.
Di Blaugrana, Messi dikawal oleh gelandang-gelandang kreatif yang mengilap saat bertahan dan mengilat ketika menyerang. Ada Busquets, Rakitic, dan Melo. Pemain cadangan pun tidak kalah kilap. Ada Coutinho, Vidal, Malcom. Bahkan Alena, murid asli La Mesia, kian padu dengan tim utama Blaugrana.
Jadi, menumbangkan Barcelona jelas bukan pekerjaan enteng.
Ini pertanyaan menggelitik. Jawabannya sederhana. Bisa ya, bisa tidak. Pada pengundian kemarin, Jumat (15/3/2019), Barcelona dan Juventus berada pada sisi bagan yang berbeda.
Andai kata Juventus berhasil mengalahkan Ajax, kemudian menang melawan pemenang antara Tottenham dan Manchester City, berarti Juventus melaju ke final. Andai kata Barcelona mengalahkan Setan Merah lalu menundukkan pemenang antara Liverpool dan Porto, berarti Blaugrana melaju ke final.
Hanya itu syarat supaya skenario reunian Messi dan Ronaldo di babak final UCL bisa saja terjadi. Mengapa reunian? Karena Messi dan Ronaldo memang pernah berhadap-hadapan di babak final UCL. Saat itu, 27 Mei 2009, Ronaldo masih berkostum Setan Merah.
Jikalau skenario reunian itu benar-benar terjadi, berarti nuansa Barcelona-Manchester United masih cukup kental, sebab Ronaldo adalah mantan pemain Setan Merah. Pemenangnya tentu saja Messi.
Kenapa begitu? Karena saya tetap Cules sejati yang selalu berharap supaya Barcelona menang--sekalipun tetap mencintai Blaugrana dalam kalah ataupun menang. Visca Barca! [khrisna]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H