Pihak Pak Jokowi mestinya maklum bahwa Pak Prabowo punya hak prerogatif dalam memilih pendamping. Siapa pun yang beliau pilih jelas tidak boleh disanggah atau dibantah. Itu sebabnya para ulama yang mendukung beliau sama sekali tidak menyanggah atau membantah. Itu sebabnya pula para pendukung dan pengusung Pak Prabowo tidak pernah mengungkit-ungkit sisi keislaman Pak Prabowo.
Setiap yang bernama ibadah mengandung unsur cinta rahasia antara seorang hamba dengan Tuhannya. Pak Prabowo tidak harus sesumbar setiap Jumat untuk menjabarkan di mana beliau akan salat Jumat. Ibadah kok dipamer-pamer. Â
Memang benar bahwa salat Jumat jauh lebih mudah diselusuri dibanding salat yang lain. Mungkin saja seorang muslim salat Isya di rumah ketika batang hidungnya tidak tampak di antara jamaah di masjid, tetapi tidak begitu dengan salat Jumat. Kenapa? Sebab, salat Jumat mesti dilakukan secara berjamaah di masjid.Â
Walau begitu, tetap bukan keharusan mempertanyakan lokasi masjid tempat Pak Prabowo jumatan. Beliau calon presiden, tidak ada kait-pautnya dengan beliau jumatan di mana.Â
Tatkala seorang pendukung memajang spanduk tentang rencana Pak Prabowo salat Jumat di Masjid Agung Semarang beredar, warganet sontak mencibir.Â
Ada yang menyebut pamer, ada yang menuding pencitraan, ada yang menuduh ria. Pak Hidayat, petinggi PKS, kontan mencibiri siapa saja yang berprasangka buruk atas aktivitas jumatan Pak Prabowo. Kata beliau, "Giliran diumumkan mau jumatan di mana malah dituduh pamer."
Cibiran Pak Hidayat, jika ditelaah secara akal sehat menurut alir pikir beliau, sebenarnya masuk akal. Setiap Jumat ditanya-tanya, giliran disebarkan akan jumatan di mana malah ditertawakan. Kasihan, kan.Â
Setidaknya itu satu sisi heroik dari Pak Probowo.Â
Apakah berat menjauhkan hal-hal beraroma kampanye negatif dari kancah pertarungan politik? Bagi warga di negara lain mungkin berat, tetapi ringan bagi penduduk Indonesia.Â