Tahun berikutnya, 2012, pria tangguh asal Jepang itu berlindung dari serangan cuaca dingin. Suhu udara kala itu konon mencapai minus 20 derajat Celcius. Ia bersembunyi selama dua hari di dalam sebuah lubang salju pada ketinggian 8.230 meter. Akibatnya, ia relakan sembilan jari-jari tangannya untuk diamputasi.
Apakah Kuriki jeri? Tidak. Ia kembali ke Himalaya pada 2015, 2016, dan 2017. Pendek kata, tidak ada kamus menyerah. Sekalipun cuaca selalu menggagalkan usahanya, ia tidak putus asa.
Pada 2018, ia mendaki Himalaya lagi. Dalam upayanya yang kedelapan inilah ajal menjemputnya. Warga Sherpa, suku di pegunungan Himalaya, menemukan jenazahnya di dalam tenda. Ia ditengarai menderita hipotermia akibat suhu dingin yang sangat ekstrem.
Begitulah. Harapan dan kenyataan  sering tidak seiring-sejalan.
Tidak ada penggemar sepak bola yang tidak mengenal Gianluigi Buffon. Ia adalah kiper legendaris, masih aktif di lapangan hijau, dan punya segalanya. Scudetto, Coppa Italia, Supercoppa Italia, Piala Super Prancis, dan Piala Liga Eropa sudah dimilikinya. Bahkan, Piala Dunia. Tinggal Piala Liga Champions UEFA. Padahal, ia sudah 15 tahun berlaga di UCL.
Pada musim 2002-2003, ia melenggang ke final bersama Juventus. Maksud hati mengangkat piala, apa daya timnya kalah adu penalti. Alhasil, AC Milan yang juara.
Ia kembali ke laga final pada musim 2014-2015. Nahas, ia dan klubnya ditaklukkan dengan skor 1-3 oleh Barcelona. Pada 2016-2017 ia kembali ke final. Real Madrid menggagalkan harapannya. Juventus kalah 1-4 dan ia gigit jari.
Usia Buffon sudah 41 tahun, meskipun posisi sebagai kiper masih memungkinkan baginya untuk terus beraksi. Hanya saja, apakah PSG akan memperpanjang masa kontraknya? Entahlah. Hanya Tuhan, manajemen PSG, dan Buffon yang tahu.
Dalam tiga tahun terakhir, PSG selalu terhenti di babak perdelapan final. Seolah-olah Les Parisiens, julukan PSG, dikutuk oleh semesta. Pada 2017, perempat final sudah benderang. Barcelona dilibas 4-0 di kandang. Apa lacur, PSG luluh lantak 1-6 di kandang Barca.
Setahun kemudian, 2018, PSG keok melawan Real Madrid. Tahun ini, 2019, Cavani dan kolega tumbang di hadapan MU. Garis tangan PSG masih sebatas perdelapan final, tidak setara dengan investasi yang ditaburkan.