Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

[Obituari Nukman Luthfie] Yang Meninggalkan, Yang Ditinggalkan

13 Januari 2019   10:05 Diperbarui: 13 Januari 2019   10:44 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nukman Luthfie, pakar media sosial | Foto: kompas.com

Hanya jendela kecil, bukan jendela besar. Hanya saja, orang-orang memang mengintip justru dari celah yang kecil. Jikalau melalui ruang besar tentu bukan mengintip namanya, melainkan melongok. Kenapa orang-orang mengintip di jendela kecil kita? Sebab, akun medsos memang ruang terbuka yang dapat dilihat semua orang. Persis seperti menjemur celana dalam di halaman rumah, setiap yang lewat dapat leluasa melihatnya.

Dua warisan beliau itu merupakan oleh-oleh sakral bagi kita yang ditinggalkan.
Sebagaimana lazimnya apabila ada yang pergi di sekitar kita, entah merantau entau sementara, kita sering membekalinya dengan cendera mata. 

Sekarang, apa oleh-oleh yang bisa kita berikan atas kepergian Om Nukman? Sederhana saja, mewujudkan wejangan yang beliau wariskan. Tentu pula, memanjatkan rupa-rupa doa bagi beliau.

Kita, anak-anak beliau yang masih hidup, kian hanyut dalam kemajuan zaman dan peradaban. Kita tentu tidak ingin ketinggalan zaman, tetapi kita juga semestinya tidak meninggalkan adab. Dua azimat yang beliau wariskan hendaknya tidak berhenti sebagai penghias muka media sosial saja, tetapi sebaiknya terus mewarnai geliat kita sehari-hari.

Hanya dengan begitu kita dapat tidur nyenyak. Setelah terbangun, seperti yang pernah diujarkan oleh Om Nukman, kita akan menerima hadiah terindah. Apakah itu? Hadiah terindah dari tidur adalah bangun dengan semangat hidup yang lebih baik dari hari sebelumnya.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Akan tetapi, apakah kita akan meninggalkan hadiah terindah dari hidup kita yang sementara ini bagi siapa pun yang kelak akan kita tinggalkan? Entahlah. Saya sendiri masih ragu hal apa yang nanti akan saya tinggalkan. Malah, barangkali tidak ada secuil pun kebaikan.

Adakah kita akan menjadi orang baik, seperti tutur Om Nukman, sehingga kelak akan didoakan orang-orang saat meninggal? Entahlah. Hanya Tuhan dan netizen yang tahu. Yang perlu kita lakukan, sekurang-kurangnya, adalah menggunakan media sosial dengaan arif dan bijak. Itu saja dulu. Selebihnya, biarkan waktu yang berbicara.

Pada akhirnya, melalui goresan sederhana ini, saya mengucapkan selamat jalan kepada Bapak Media Sosial Indonesia. Semoga segala-gala yang telah beliau wariskan berbuah kebaikan. 

Selamat jalan, Om Nukman. Damailah dalam dekap cinta-Nya. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun