Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Jangan Bunuh Diri di Medsos, Ferguso

27 Desember 2018   11:32 Diperbarui: 27 Desember 2018   18:50 1679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Virgina tidak ikut-ikutan mencibir atau mencebik seperti pendukung petahana. Dia jaga jemarinya agar tidak mengoyak luka atau menyaya kulit tabah Ferguso. Dia praktikkan falsafah "jangan buru-buru". Dia jalani ritual "berpuasa mencaci" secara sungguh-sungguh.

Itu semata-mata contoh betapa terburu-buru menafsirkan sesuatu dan mengumbarnya ke media sosial dapat merusak harkat diri. Perilaku seperti itu hendaknya tidak ditiru. Bukan sekadar suka grasa-grusu memajang sesuatu di medsos, melainkan sekaligus mengata-ngatai orang lain dongok.

Dokpri
Dokpri
Kedua, jangan asal bunyi. Dalam ragam obrolan, gabungan kata itu lazim disingkat asbun. Kita harus selalu wawas dan waspada sebelum menayangkan sesuatu di medsos. Ingat, sekalipun kita sudah memasang gembok di akun medsos, tetap saja itu merupakan ruang publik yang dapat dilihat oleh selain kita. Asal bunyi akan membuat kita terlihat pandir.

Virgina menyajikan satu contoh konkret, yakni cuitan seorang anggota Dewan Warga Takada--Ibu Hanya Rachmar. Wakil rakyat yang terhormat ini menyajikan amsal menarik terkait pengambilalihan saham sebuah perusahaan tambang asing dengan niaga mengontrakkan rumah.

Perumpamaan beliau sebenarnya menarik. Mestinya pas masa kontrak habis, pemilik rumah tingal mengambil alih rumah; bukan membeli rumah sendiri kepada yang mengontrak dengan memakai uang hasil berutang. Begitu kicau beliau.

Bagi Virgina, itu kicauan brilian. Bahkan sangat brilian konyolnya. Sebagai anggota Dewan Warga Takada, Ibu Hanya bisa meminta dokumen Kontrak Karya kepada Pemerintah Takada, lalu menyuruh staf ahlinya menelaah kontrak tersebut, lalu menandai poin penting agar tidak keselimpet saat menarikan jemara di gawai. Tentu saja perusahaan tambang raksasa bukan sesuatu yang enteng sehingga dapat serta-merta disamaratakan dengan kontrakan rumah.

Seketika Ibu Hanya Rachmar mengundang komentar netizen. Tahu sendiri kalau netizen sudah angkat suara. Segala rupa direndeng-rendeng. Kasihan derajat beliau sebagai seorang wakil rakyat. Meski begitu, ada hikmah besar yang dapat kita petik dari kisah doi: jangan asal bunyi.

Dokpri
Dokpri
Ketiga, jangan gali kubur. Harus kita ingat lekat-lekat bahwa jemari warganet begitu cekatan menari di atas gawai. Keliru kata sedikit saja akan dijadikan bahan bualan dan ejekan. Dalam seketika, bualan dan ejekan itu viral di media sosial.

Virgina mencontohkan ketika Calon Wakil Jaro dari Kubu Petahana keseleo lidah. Cawajar yang memilih belakangan baru turun berkampanye itu mengucapkan dua kata yang aduhai: buta dan tuli. Sebenarnya beliau memilih dua kata itu sebagai tamsil atau perumpaan saja, sebagaimana Ferguso menggunakan istilah "kaum dongok".

Namun, Ferguso dan komplotannya sudah sangat mahir dalam urusan goreng-menggoreng isu. Tersiarlah kabar di media sosial tentang Cawajar Nagari Takada yang tidak empatik, yang tidak simpatik, yang nirpeduli pada warga Takada yang menyandang buta dan tuli.

Sekalipun pengusung paslon petahana mati-matian menyampaikan makna sebenarnya dari pernyataan Cawajar, kabar taksedap sudah telanjur tersiar. Bagi Virgina, merosotnya dukungan terhadap kubu petahana sering kali karena blunder tidak perlu dari paslon ataupun pengusung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun