Saya meyakini bahwa Kompasianer yang memilih saya adalah mereka yang peduli dan cinta pada bahasa Indonesia. Biar bagaimanapun, harus ada yang meneruskan upaya Purwadarminta, Badudu, Keraf, Moeliono, dan munsyi lainnya dalam merawat bahasa Indonesia.
Maka, saya berterima kasih kepada seluruh Kompasianer yang rajin membaca tulisan saya, yang suka melongok meski belum membaca, yang sudah membaca walau belum menerapkan kaidah menulis yang tepat, serta yang membaca dan memanfaatkan isi artikel saya.
Terima kasih juga kepada Kompasiana yang telah memberikan ruang berbagi kepada saya. Semenjak nimbrung di Kompasiana, saya tinggal unggah tulisan. Pendek kata, tidak repot. Kalaupun repot, paling banter saat log masuk akun Kompasiana. Ai, sering benar saya mendongkol gara-gara susah log masuk. Untung sekarang sudah moncer lagi.
Pada akhirnya, saya berharap moga-moga pengelola Kompasiana, tahun depan, lebih peduli pada bahasa Indonesia.
Setidaknya menggunakan istilah Indonesia pada kusala yang diberikan. Misalnya, Penulis Opini Terbaik diikuti tulisan berapit tanda kurung: (Best in Opinion). Atau, Anugerah Kompasiana 2019 yang disusul dengan Kompasiana Award 2019. Jadi, bahasa Indonesia tidak disingkirkan oleh bahasa Inggris.
Siapa lagi yang akan peduli pada bahasa pemersatu bangsa kalau bukan kita?
Puncaknya, terima kasih paling spesial saya persembahkan kepada Amel Widya, penjaga semangat dan pendorong imajinasi saya, yang tiada henti mendukung saya. Terima kasih, Cinta. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H