Beliau juga suka mengumpulkan anak-anak, terutama cucu-cucunya, pada tiap akhir pekan. Ada saja dongeng yang beliau kisahkan. Anak-anak senang, beliau merasa tenang. Beliau paham, kebiasaan mempersiapkan dongeng sangat apik dalam menjaga kesinambungan aktivitas otak.
Kelima, sering mengasah otak. Beliau selalu terkakak-kakak, tertawa terbahak-bahak, setiap membaca kelakar tentang lelang otak dan otak termahal selalu otak orang Indonesia--karena jarang dipakai. Itu bukan lelucon, melainkan sindiran tajam atas kebiasaan kita membiarkan otak menganggur.
Pak Sulak tidak begitu. Ia sering nongkrong main catur di warung kopi di depan rumahnya. Beliau tahu, catur masuk dalam aktivitas asah otak. Kalau tiada lawan, ia mengisi teka-teki silang. Kalau jemu, ia membaca novel dan menandai kosakata baru yang belum ia ketahui artinya. Kadang ia iseng membuka kamus bahasa asing.
Itulah lima resep sederhana Pak Sulak dalam usahanya memperlambat proses degeneratif otak. Mudah dan murah. Hanya dengan membaca, beliau terhindar dari lupa akut dan demensia parah. Sungguh, beliau sering mengajak orang lain membaca. Sayang sekali ajakan beliau ditanggap angin lalu.
Sekarang saya sampaikan resep itu kepada kalian. Jangan remehkan dan recehkan kebiasaan membaca dan menulis. Mungkin kalian jarang mendapat manfaat langsung berupa uang atau keuntungan finansial, tetapi kalian akan menerima keuntungan jangka panjang jika melakukannya.
Sekarang terserah kalian. Mau memilih jalan hidup yang semenyedihkan nasib Bram atau semenyenangkan Pak Sulak? Terserah! []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H