Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Mustahil Menulis Tanpa Tanda Hubung

13 Agustus 2018   11:17 Diperbarui: 14 Agustus 2018   16:45 2851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya. Perhatikan: ibu-bapak kami dan ibu bapak-kami. Tanda hubung pada 'ibu-bapak kami' bermakna "ibu dan bapak adalah orangtua kami". Sementara itu, 'ibu bapak-kami' berarti "ibu dari bapak kami" atau "nenek kami".

Simak juga contoh ini: buku-sejarah baru dan buku sejarah-baru. Adapun makna 'buku-sejarah baru' ialah "bukunya yang baru", sedangkan 'buku sejarah-baru' berarti "sejarahnya yang baru". Makna kata jadi beda gara-gara cara kita meletakkan tanda hubung.

Ketiga, memisahkan huruf kecil dari huruf kapital atau sebaliknya. Tanda hubung dipakai untuk merangkai kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital. Misalnya hari-H, sinar-X, ber-KTP, atau di-SK-kan.

Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau singkatan yang berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda hubung. Misalnya non-Indonesia, pan-Afrikanisme, pro-Rusia, non-ASEAN, atau anti-IMF.

Hal sama berlaku pada kata ganti untuk Tuhan, yakni -Mu dan -Nya. Kata ganti Tuhan selalu menggunakan huruf kapital, maka penulisannya harus memakai tanda hubung. Misalnya: Lindungilah hamba-Mu ini. Atau: Dia selalu melindungi hamba-Nya.

Kita masih berkutat pada pemisahan huruf kecil dari huruf kapital atau sebaliknya. Tanda hubung dipakai untuk merangkai kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang berupa huruf kapital  Misalnya: KTP-mu, SIM-nya, STNK-ku.

Akan tetapi, hati-hatilah karena tanda hubung tidak dipakai di antara huruf dan angka jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf. Misalnya: BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia). Atau: P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan).

Terakhir, tanda hubung dipakai untuk merangkai se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital. Jadi, penulisan seIndonesia, seJakarta, atau seMakassar jelas-jelas keliru. Penulisan yang tepat adalah se-Indonesia, se-Jakarta, atau se-Makassar.

Keempat, memisahkan huruf dari angka atau sebaliknya. Tanda hubung dipakai untuk merangkai angka dengan -an. Misalnya pada 1950-an, sejak 2000-an, atau menghadiri peringatan 17-an. Jadi, bukan 1950an, 2000an, atau 17an.

Selain itu, tanda hubung dipakai untuk merangkai ke- dengan angka. Misalnya: peringkat ke-2, antrean ke-31. Dengan demikian, jelaslah bahwa penulisan "Selamat Ulang Tahun ke 73 RI" keliru. Penulisan yang tepat adalah "Selamat Ulang Tahun ke-73 RI".

Terakhir, tanda hubung dipakai untuk merangkai huruf dan angka. Inilah kekeliruan terbesar pengguna bahasa Indonesia Indonesia. Masih jarang kita baca penulisan seperti D-3, S-1, atau S-2. Padahal, itulah yang tepat. Rata-rata yang kita baca adalah D3, S1, atau S2.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun