Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Istilah Asing yang Intim di Jemari Netizen

29 Juli 2018   17:44 Diperbarui: 30 Juli 2018   09:11 2078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Twitter @BadanBahasa

6. Review alias Tinjauan?

Kata review belakangan gencar digunakan di media sosial. Pencandu buku beramai-ramai memakai istilah itu dan memenuhi linimasa Twitter dengan kabar tentang buku yang baru saja ia khatamkan. Mereka ulas buku tersebut dan dengan bangga menyatakan "ini review saya".

Para pemberi testimoni di Instagram malah lebih aktraktif. Dalam satu tinjauan produk, kata itu bisa muncul berkali-kali. Dinding Facebook pun sama. Para penghuninya demikian getol memakai kata tersebut seakan-akan tidak ada padanan dalam bahasa Indonesia.

Padahal kita punya padanan untuk istilah review, yakni tinjauan. Khusus buku, kita juga dapat memakai kata ulasan, tilikan, atau resensi. Nah, yang terkahir ini kerap dihindari semata-mata karena alasan sentimental: khawatir yang diresensi bukunya menjadi sensi kalau dikritik. Aha!

Bagaimana dengan preview? Tenang saja. Tidak usah panik. Kita sudah punya pratinjau.

Sumber: Twitter @BadanBahasa
Sumber: Twitter @BadanBahasa

Begitulah. Istilah asing berseliweran di gawai. Mungkin istilah itu intim bagi mata kita, namun belum tentu akrab dengan bahasa kita. Sekali-sekali kita peduli pada bahasa Indonesia. Kalau perlu selalu peduli. Dengan kata lain, mari kita mulai dari diri sendiri.

Kita punya gawai sebagai padanan gadjet. Kita punya mabuk gawai untuk menggusur phubbing. Password boleh kita abaikan sebab kita punya kata sandi. Kata taut atau pranala cocok buat kita pakai sebagai pengganti link.

Sebenarnya tidak susah. Kecuali kalau diam-diam kita merasa kurang intelek jika tidak memakai istilah asing, baik dalam tulisan maupun saat berkomunikasi secara lisan.

Salam takzim. [kp]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun