Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Takdir Kotak Kosong pada Pilkada 2018

10 Juli 2018   16:14 Diperbarui: 10 Juli 2018   18:02 1078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa Si Kotak Kosong menang? Jawabannya sederhana. Kita lihat saja Pasal 54D UU Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pilkada. Paslon tunggal harus memperoleh suara lebih dari 50 persen suara sah kalau mau terpilih. Jika suara tidak mencapai lebih dari 50 persen, berarti gagal. Kata kalah rasanya terlalu pahit, jadi kita pilih kata gagal saja.

Bagaimana nasib paslon tunggal yang keok? Terima pilihan warga kota dengan lapang dada. Tidak usah sibuk mencari-cari kesalahan atau mengejar-ngejar kambing hitam. Benahi diri saja, lalu mencalonkan diri lagi dalam pemilihan berikutnya. Itu juga kalau masih ada dukungan dan syaahwat berkuasa masih bergelora.

Kapan lagi pilkada serentak diselenggarakan? Tahun 2020. Tahun depan, 2019, ada pesta besar yang akan diselenggarakan secara nasional. Pileg dan Pilpres. Jadi, perbanyak silaturahmi dan rajin berbagi. Entah berbagi senyum, entah berbagi sedekah.

Selamat, Kotak Kosong. Selamat juga bagi Warga Kota Makassar.

***

Suara rakyat suara Tuhan, bukan?

Begitulah. Kehadiran Si Kotak Kosong memberikan pencerahan bagi para pemilih, juga bagi para kandidat. Ada banyak hikmah yang dapat kita petik. Ketangguhan petahana, kekhawatiran calon penantang, kekalahan paslon tunggal, atau keteguhan warga yang memilih Si Kotak Kosong.

Ada 16 paslon yang bertarung melawan Si Kotak Kosong, 13 di Pilbup dan tiga di Pilwali. Sebanyak 15 paslon menang, bahkan ada yang kemenangannya mencapai 90%. Hanya ada satu paslon yang kalah, yakni paslon tunggal di Pilwali Kota Makassar. 

Apa yang terjadi? Warganet lebih mudah mengingat paslon yang kalah. Bukan lantaran jumlahnya yang cuma satu, melainkan karena kita memang dilimpahi karunia gampang mengenang kekalahan, kegagalan, dan kesedihan. 

Pesta demokrasi sudah menelan banyak biaya. Pemimpin sudah terpilih. Pilkada hanya tangga pertama. Tangga berikutnya jauh lebih penting: membangun Ibu Pertiwi. [kp]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun