Mustahil meminta Si Kotak Kosong untuk mengimbau pendukungnya membanjiri lapangan dan menyaksikan goyang para biduan. Mustahil Si Kotak Kosong datang ke tukang sablon atau tukang cetak digital untuk memesan baliho. Lebih mustahil lagi mengharapkan Si Kotak Kosong ikut debat kandidat. Jadilah Si Kotak Kosong tidak ikut kampanye.
Namun, jangan kira Si Kotak Kosong tidak punya pendukung. Lawan politik petahana, yang ragu-ragu atau tidak mau maju, diam-diam akan mendukung Si Kotak Kosong. Calon yang tumbang akibat proses administrasi atau tidak memenuhi persyaratan lewat jalur independen pasti memilih Si Kotak Kosong. Warga kota atau kabupaten yang tidak puas pada prestasi petahana atau meragukan kredibilitas paslon tunggal cenderung memilih Si Kotak Kosong.
Pendek kata, pendukung Si Kotak Kosong bernama laten. Bergerak diam-diam.
Paslon yang akan melawan kotak kosong tidak diperbolehkan melakukan kampanye sebagaimana yang biasa dilakukan dalam pilkada pada umumnya. Pasalnya, mereka dihadapkan dengan Si Kolom Kosong. Jadi tidak ada kampanye, karena Si Kotak Kosong tidak bisa kampanye.
Paslon tunggal hanya perlu menggalang iman pemilih agar tidak kepincut memilih Si Kotak Kosong. Meskipun demikian, paslon tunggal harus waspada. Tidak boleh ongkang-ongkang kaki saja. Keringat tetap mesti dikucurkan. Duit juga. Entah buat membeli kopi, entah untuk mengisi amplop saat kondangan ke hajatan warga. Mesin partai juga harus tetap bergerak. Saksi harus dipersiapkan karena yang dilawan justru tidak terlihat.
Tak ayal, Si Kotak Kosong sukses bikin ketar-ketir hati lawannya.
***
Tidak semua kosong itu tidak berisi. Tidak percaya? Lihatlah Pilkada. Kotak Kosong selalu ada isinya, meskipun tidak banyak.
Paslon tunggal Willem Wandik-Alus Murib menang mutlak di Pilbup Puncak, Provinsi Papua. Kotak Kosong keok, hanya meraih 9,90% suara. Itu pun sudah lumayan. Pemilih yang tidak berhasrat mencontreng tetap ikut pesta demokrasi dan memilih Si Kotak Kosong. Kemenangan 90,10% memang kemenangan besar, namun harus jadi cermin bagi paslon terpilih. Diakui atau tidak, ada warga yang, barangkali, tidak puas dengan prestasinya pada periode pertama selaku Bupati.
Boleh jadi begitu. Sudah didukung 10 partai masih saja ada yang berbeda pilihan.