Dada Remba berdentam-dentam menunggu reaksi Tami.
"Terima kasih," tutur Tami sambil menatap Remba dengan mata berkaca-kaca.
"Untuk apa?"
"Untuk semua yang tak terwakili oleh kata-kata."
Remba tersenyum. "Semua perasaan bisa diwakili oleh kata."
"Tidak!"
"Benar!"
"Tapi...."
"Tidak ada tetapi!"
Selama beberapa jenak Tami tercenung. "Aku paham."
"Paham apa?"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!