Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tiga Prosa Lirih tentang Kenangan, Sepak Bola, dan yang Berakhir

3 Juli 2018   10:45 Diperbarui: 3 Juli 2018   10:47 1240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan tatkala aku dilimpahi berkah keberuntungan, aku masih harus berduel dengan kesementaraan. 

Tengoklah nasib Ronaldo. Cemerlang di tiga laga awal, tak berdaya di babak gugur. Lihatlah Messi. Gemilang di klub dan terpuruk di timnas Argentina. Begitulah nasibku, seperti perih di hati Ronaldo dan Messi.

Kukira aku sedang berada di puncak cinta, menunggumu dengan hati penuh bunga, tersenyum membayangkan masa depan gemilang, berangan-angan tak akan ada masa-masa suram, lalu kamu gantung seluruh harapanku. 

Dalam hal mencintaimu, aku berbakat. Aku pun berlatih keras mendekatimu, nasib baik pun sering menemaniku, namun semuanya tampak akan sia-sia. 

Kamu seperti pelatih Portugal dan Argentina, Santos dan Sampaoli, yang pelit bicara.

***

Tentang Kita yang Tidak Ingin Berakhir 

Saat siang mulai terik, aku memastikan pilihan. Takdir memang suka menumbuk-numbukkan nasib kita pada pilih-memilih. Dan, aku memilihmu. Bagiku, Tuhan mengirim kamu sebagai yang terakhir.

Karena kamulah yang terakhir bagiku, maka aku tak ingin kita tiba pada yang berakhir. Entah sebagai yang diakhiri, entah sebagai yang mengakhiri. Bahkan bila salah satu di antara kita berpulang pada cinta-Nya, kujamin kamu tak akan hilang dari batinku.

Menjelang siang makin tengik, aku merindumu. Aku telah memilihmu sebagai yang terakhir, maka aku tidak ingin kita jadi yang berakhir.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun