Bayangkan, 22 pelanggaran terjadi demi mengadang laju mantan pemain Barcelona itu. Lukaku dan Kane tidak sebanyak itu. Griezmann dan Suarez masih kalah jauh. Malah Ronaldo dan Messi tidak mencapai 20 kali dilanggar.
Meski begitu, Neymar memang pemain multitalenta. Selain mahir menggocek bola, ia pun mahir mengecoh wasit. Brasil tidak perlu menyewa jasa pelatih akting karena ekspresi Neymar sudah sangat meyakinkan. Walaupun, akting itu menyakitkan bagi pemain lawan.Â
Jika di antara kita ada yang sering pura-pura bahagia demi menyenangkan hati sendiri, Neymar beda. Ia pura-pura sakit. Entah untuk apa dan bagi siapa kepura-puraannya itu tertuju. Sungguhpun bagi dirinya sendiri, rasanya tak elok pemain mahal pura-pura sesakit itu. Tetapi, orang terkenal dan kaya raya bebas mau berulah apa saja.
Tubuhnya serapuh tiang jemuran. Mudah goyah, gampang jatuh. Disenggol sedikit kontan terjengkang. Kendatipun mudah jatuh, ia tetap didaulat sebagai pemain terbaik pada laga Brasil melawan Meksiko. Ia berjodoh dengan nasib baik.
Neymar pahlawan bagi Brasil.
***
Penyerang yang gagal mencetak gol, terutama lewat titik penalti, akan dicaci dan dicerca. Messi dan Ronaldo merasakan pahitnya gagal mengeksekusi penalti pada Piala Dunia 2018. Keduanya merayakan kegagalan menaklukkan kiper dari titik penalti. Mereka sangat kompak, bahkan pada jadwal kepulangan.
Sebaliknya, kiper yang rajin dan sering memungut bola di dalam gawangnya akan jadi muara murka pendukung. Banyak kiper legendaris mengalaminya. Yasin, Zoff, atau Taffarel di antaranya. De Gea merayakannya pada helat akbar di Rusia. Blunder Caballero juga dihujani makian penggemar Argentina.
Hidup juga begitu. Adakalanya kita dipuja-puja, adakalanya kita dihina-hina. Tidak usah panik, bola masih bundar.
Ochoa sudah bekerja keras bagi Meksiko, hasilnya tragis. Ia merasakan tragedi Rusia. Ia tetap dianggap pahlawan di tengah kegagalan kesebelasan Meksiko. Neymar sudah berakting memuakkan, secara dramatis menjadi penentu kemenangan. Ia tetap pahlawan yang memuaskan pendukung Brasil.Â