Dukamu adalah dukaku. Air matamu adalah air mataku. Â
~ Sapardi Djoko Damono, Duka-Mu Abadi
Sungguh, sepak bola adalah drama kehidupan. Selain pertunjukan cinta juga terang benderang tontonan duka. Pemain berlaga sepenuh cinta di atas lapangan, pendukung memirsa sepenuh cinta di stadion atau di depan layar kaca.
Cinta yang pilin-memilin antara pemain dan pendukung itu bisa melahirkan bahagia luar biasa sekaligus mengalirkan duka mahadahsyat.Â
Sapardi Djoko Damono, maestro sajak cinta asal Indonesia, menyebutnya sebagai persilangan duka--yang bermula dari cinta--antara pendukung dan pemain. Duka yang mengawali air mata. Dan, terbentanglah drama kehidupan hanya dalam rentang 90 menit.
Dukamu adalah dukaku, seru suporter di dalam hati. Air matamu adalah air mataku, ujar pemain di dasar kalbu.
Perempuan dan Doa Suporter Iran
Beberapa rindu memang harus sembunyi-sembunyi. Bukan untuk disampaikan, hanya untuk dikirimkan lewat doa.
~ Fiersa Besari, Garis Waktu
Modal tiga angka. Iran memasuki laga ketiga dengan harapan baru. Kini pendukung Iran di stadion tak hanya lelaki. Perempuan Iran yang ingin mendukung Tim Melli sudah bisa duduk atau berdiri di stadion. Harapan baru, semangat baru.Â