Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Tami, Lebaran, dan Kata yang Keliru

15 Juni 2018   05:33 Diperbarui: 11 Oktober 2018   19:01 3402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://www.risalahislam.com

Ketupat dan opor ayam sudah ludes.

Tami tidak tahan menunggu hingga besok pagi untuk menikmati masakan ibunya. Malam ini lahap, besok pagi lahap lagi. Rekor baru tercipta. Dua piring. Belum pernah sebelumnya ia serakus ini. Tak ayal, ia kekenyangan. 

Semua gara-gara Remba. Jatah ketupat dan opor lelaki yang dicintainya itu terpaksa ia embat. Entah apa kendala sehingga Remba tidak datang. Padahal tahun lalu Remba datang saat malam takbiran. Padahal Remba tidak mudik tahun ini. Padahal Remba masih di Depok, tidak jauh-jauh amat dari rumahnya. 

Ia bersandar ke kursi seraya memejamkan mata dan mengusap-usap perutnya. Sesekali mendesah seakan-akan dadanya sesak menahan beban. Ia sendirian di meja makan. Ayahnya tengah dipukau televisi di ruang keluarga. Ada laga pembuka Piala Dunia 2018 di Rusia. Ibunya sedang di kamar mempersiapkan amplop-amplop mungil dan lucu buat barisan anak-anak yang besok bakal bertandang.

Getar gawai mengusik telinganya. Hatinya girang membaca potongan pesan Remba. Buru-buru ia sambar gawai dan membuka WA. 

Yang menyenangkan tiap akhir Ramadan adalah relanya kita membuka pintu maaf, maka izinkan saya ketuk pintu maaf itu. Semoga Sanak-Kerabat sudi memaafkan kesalahan saya.

Selamat Hari Raya Idulfitri 1439 H.

Perasaan riangnya langsung menguap. Sudahlah tak datang, kiriman pesannya pun tidak istimewa. Itu pesan seragam. Semua orang pasti dikirimi pesan serupa. Ia sama saja dengan Reza atau Irfan atau Leo. Tiada beda. Hatinya kesal alang-kepalang. 

Meskipun menggerunyam, Tami malas bertanya mengapa Remba tidak datang. Biarkan saja. Lelaki memang sering begitu. Terhadap orang lain demikian peduli, orang yang dicinta malah diabaikan. 

Ia mendengus lagi, gawai bergetar lagi. Serangan kecewa lagi-lagi mengguncang hatinya. Bukan pesan dari Remba. Ternyata dari Echa, teman karibnya semasa remaja.

Selamat merayakan kemenangan, Tami. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1439 H.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun