Mundurlah dengan warisan memadai. Ini alasan ketiga. Zizou tidak mau penggantinya limpung dan linglung. Ia tinggalkan banyak warisan. Bukan warisan piala belaka.
Ia memastikan bagaimana menjaga harmoni di ruang ganti. Tidak seperti hubungan Mourinho dengan Casillas yang berakhir tragis, Zidane dan Bale baik-baik saja dan malah menghadirkan piala baru. Beda pendapat antara Ramos dan Ronaldo juga teratasi tanpa ada yang merasa tersakiti.Â
Hubungan dengan pengurus dan presiden klub juga terjalin mesra. Tidak ada riak, tidak ada gelombang. Bahkan Florentino Perez yang gemar menggusur pelatih pun tidak pernah menggoyang Zidane. Bahkan Perez mengaku bahwa pintu bagi Zizou selalu terbuka kapan saja ia berniat kembali ke Santiago Bernabeu.
Pemain-pemain muda juga semakin kinclong. Marco Asensio dan Lucas Vasquez kian tokcer. Theo Hernandez dan Achraf Hakimi sudah tidak demam panggung. Bahkan Luka Zidane sudah siap menjaga gawang Real Madrid. Pelatih baru tinggal poles sedikit. Kelar semua!
Itulah tiga alasan Zizou meninggalkan Real Madrid yang berkelebat di benak saya. Tentu Anda punya lintasan alasan berbeda. Begitulah hidup. Tidak ada isi benak yang persis serupa. Yang bersaudara saja bisa silang pendapat, yang kembar saja sering beda pikiran. Apalagi kita: Anda dan saya.
Tentu Zizou punya alasan sendiri. Kita mustahil meraba pikirannya dan mereka-reka perasaannya. Kita hanya bisa mengucapkan selamat jalan. Atau kalau ingin melihat Zizou kembali ke kursi pelatih Los Galacticos, setelah masa rihat yang entah seberapa lama terpenuhi, maka ucapkan "sampai jumpa".Â
Gracias, Zizou! []