Beberapa bulan setelah merengkuh gelar La Liga, John Toschak dipecat pada 1990. Nasib sama dialami Jorge Valdano. Meraih dua gelar La Liga beruntun, ditambah satu piala Copa del Rey dan dua Piala UEFA, ia ditendang pada musim ketiganya, 1996, dari kursi pelatih Si Putih.
Setelah 22 tahun puasa gelar di Liga Champions, Jupp Heynckes mengawal Real Madrid berbuka puasa pada 1998. Tetap saja dipecat. Tragis banget. Sehari setelah meraih mahkota juara La Liga ke-29 bagi Real Madrid, Vicente Del Bosque dipecat. Padahal ia kurang apa. Dua tropi Liga Champions Eropa mestinya diganjar kesempatan melatih lebih lama. Kenyataannya tidak. Ia bernasib sial.
Fabio Capello pernah mengalami nasib nahas di Los Blancos. Sebelas hari setelah merayakan gelar La Liga, 2007, ia didepak dari kursi pelatih. Sakit. Itu pasti menyakitkan. Lebih sakit lagi Carlo Ancelotti. La Decima alias gelar kesepuluh Liga Champions Eropa diraih Real Madrid di bawah asuhannya. Namun setahun kemudian ia digusur.Â
Zidane tidak mau diperlakukan seperti itu. Ia tidak mau orang mengingatnya sebagai pelatih yang dipecat setelah meraih tiga gelar Liga Champions Eropa secara beruntun. Maka, ia mundur secara sukarela. Tepat ketika klub sedang semringah mengelus Si Kuping Lebar.
Dalam hal dicintai, janganlah kautiru kelakuan Zidane. Jangan gampangan. Sedikit-sedikit mengancam "kita putus" atau "cinta kita cukup sampai di sini". Tiada asap tiada api main putus begitu saja. Memutuskan Yayang tanpa alasan jelas dan tiada kesalahan fatal. Itu sadis, biadab. Tidak Pancasilais.Â
Mundurlah selagi tengah dicinta. Inilah alasan kedua. Zizou tahu. Yang sekarang dipuja besok boleh jadi dimaki. Arsene Wenger contohnya. Ia dipuja sekaligus dibenci karena lama tidak meraih gelar prestisius. Zizou tidak mau seperti itu. Ia ingin orang-orang, terutama pencinta Los Blancos, menyimpan ingatan yang baik-baik tentang dirinya.Â
Torehan Zizou selama dua setengah sangat mengilap. Tidak ada yang bisa menyamai capaiannya. Kalaupun ada, jumlahnya tidak seberapa.Pep Guardiola, mantan pemain dan pelatih Barcelona, hanya punya dua gelar Liga Champions. Itu pun tidak berurutan.
Pep akhirnya meninggalkan Barca. Zizou juga begitu. Cuma ada bedanya. Pep mengumumkan kepergian sebelum musim kelar, Zizou mengalimatkan kepergian setelah pasukannya menggenggam piala. Pep ingin rihat, Zizou juga begitu. Cuma ada bedanya. Zizou meraih tiga gelar Liga Champions, sesuatu yang gagal dipersembahkan Pep selama empat tahun di Barca. Apalagi Wenger yang belasan tahun di Arsenal.
Tetapi, janganlah kalian tiru kelakuan Si Plontos itu. Selagi kamu masih cinta, apalagi sangat-sangat cinta, tidak elok bila kau pergi tanpa alasan pasti. Sewaktu kamu sangat dicintai, keputusan sepihak akan menggerus bara kesabaran. Meninggalkan yang kaucintai tanpa alasan memadai itu pasti menyakitkan. Bahkan sangat menyakitkan.
Ketika kautinggalkan seseorang maka jelas kautanggalkan duka di dadanya. Jika ia rela menerima kepergianmu, ia akan mengenang yang baik-baik tentangmu. Jika ia tidak rela, yang akan terkenang justru keburukan dan kebusukanmu. Ditinggalkan itu tidak menyenangkan, meninggalkan juga demikian.Â
Ditinggalkan dan meninggalkan sama-sama menyakitkan.