Aku selalu suka Rabu. Inilah hari paling sibuk. Akhir pekan masih jauh dan libur belum kelihatan. Seorang rekan sedang mengupas air mata. Sesekali ia mendesah karena konsentrasinya pecah.Â
Barangkali ia belajar menjadi robot dan bekerja tanpa Hati. Barangkali ia masih manusia yang pelan-pelan berusaha membenci Harapan. Pada Rabu, bekerja mestinya tidak memamerkan rupa-rupa kesedihan.
4
Aku selalu menyukai Kamis. Tak peduli Kamis pada tanggal tua. Bagiku, Kamis adalah kamus tabah. Loyalitas persis seperti cinta, tak pernah peduli waktu.
Orang-oramg sekantor sibuk melirik jam, bagaikan pengendara menghitung detik hingga lampu hijau menyala. Orang-oramg sekantor ada di sini, tetapi pikiran mereka rasanya sedang di sana: tagihan bank, cicilan kendaraan, biaya sekolah dan jajan, juga pensil alis dan bulu mata yang minta segera diganti. Pada Kamis, orang-orang lupa bahwa kewajiban mendahului hak.
5
Aku paling menyukai Jumat. Tak peduli atasan marah-marah tanpa alasan. Seperti nenek cerewet yang nyinyir pada kesalahan. Di mana-mana atasan selalu begitu. Masalah di rumah kadang diboyong ke kantor.Â
Begini salah, begitu salah. Apa-apa membentak dan mengentak. Sedikit-sedikit menunjuk-nunjuk dan marah-marah. Seakan-akan jika tidak mencak-mencak beliau akan kehilangan wibawa. Pada Jumat, bawahan adalah karang yang tabah menyapa deras ombak.
6
Aku paling mencintai Sabtu. Tak peduli sesekali diminta lembur. Aku melihat sesuatu pada Sabtu yang sangat menghibur. Sabtu adalah hari spesial, satu-satunya saat tepat bagi kamu dan aku menyatakan dan menyatukan hati.
Pada Sabtu, aku mengingat kantor sebagai rumah hening. Dari sana kutemukan cara dan jalan menuju kamu dan harapan.