Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Rubah, Muasal Haus, dan Takjil Hari Pertama Puasa

17 Mei 2018   11:36 Diperbarui: 26 Mei 2019   14:20 2978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (shutterstock)

Ketiga, jangan terlalu sering membuang tabungan air dalam tubuh. Hindari melahap segalon air sebelum imsak, sebab itu dapat memaksamu sering-sering kencing. Kalau tidur jangan menganga, sebab itu dapat memacu air liur. Produksi air liur yang berlebihan tidak hanya memantik bau tak sedap, tetapi juga berpotensi memancing dehidrasi. Begitu juga dengan ngiler. Jauhi belanja mata di ponsel atau pariwara di teve atau keliling mal. Jaga suhu badan. Kalau berkeringat segeralah berangin-angin.

Keempat, jangan terlalu rindu. Hari pertama Ramadan sering kali memulakan kenangan pada yang sudah jauh atau yang tengah pergi atau yang telah tiada. Sahur ingat ibu yang baru wafat, bangun tidur ingat bapak yang setahun lalu masih sahur bareng, mau tidur ingat utang. Eits. Rindu kadang membuat kepala pengar, kerongkongan kering, dada berdentam-dentam, hati berasa denyar dan ngilu, bahkan kerap mengundang cemas yang berlebihan.

Nah, saya sudah membocorkan empat penyebab haus saat berpuasa. Selamat bertarung melawan nafsu. 

/3/

Jika ditilik dengan sambalewa alias asal-asalan, seakan-akan tidak ada kaitan antara bagian Rubah dan keyakinan kelirunya dengan haus dan sebab-musababnya. Kalian tidak usah bingung. Santai saja. Daripada pusing, mending kalian pikirkan takjil buat berbuka puasa.

Tentu saja kegembiraan tanpa tara saat kita menunggu beduk magrib lalu berbuka puasa. Apalagi bersama keluarga tercinta. 

Akan tetapi, tak usah sampai berpayah-payah memburu takjil. Kesannya seperti balas dendam. Seharian berperang melawan nafsu, menahan diri dari marah dan hal-hal lain yang mengancam keselamatan puasa, lalu lupa diri dan melahap segala-gala yang tersaji di meja. Akibatnya fatal. Perut kekenyangan, salat Magrib lewat. Kelopak mata memberat, salat Isya dan Tarwih lewat.

Yang sederhana saja. Esensi puasa adalah kesanggupan menahan diri. Jadi, tidak perlu berlebih-lebihan. Apalagi sampai foto-foto takjil dipajang di Facebook, Instagram, atau Twitter. Mungkin niat kita semata-mata berbagi kebahagiaan dan kegembiraan, tetapi mana tahu ada jamaah media sosial kita yang tak semampu kita membeli takjil. 

Yang sederhana saja. Kalau tidak dapat memasak makanan sendiri, beli yang murah dan dekat dari rumah. Kolak seribuan dan teh manis di warung dadakan depan rumah sudah cukup. Kalau rumahmu di Serang, tidak usah cari kolak sampai ke Rembang. Berat ongkosnya. Kalau beli kurma tidak harus di Mekah, kecuali tengah umrah.

Lazimnya, yang paling cepat ingin kita obati adalah rasa haus. Itu sebabnya dianjurkan berbuka dengan yang manis-manis. Secangkir teh dan setangkai anggur dan sesisian dengan yang dicinta sudah mewah. Kalaupun berbuka dengan makanan berat-berat, takar kemampuan perut kita. 

Sering kali yang lapar dan haus justru mata kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun