Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Katahati dan Harapan yang Memancur di Matanya

27 Maret 2018   11:34 Diperbarui: 28 Maret 2018   18:50 1509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana menurut kamu? Apakah semangatnya akan jeblok setelah kelas pertama ternyata tidak dijubeli peserta? Jika jawabanmu "tidak", kamu benar. Ia tidak patah semangat. Alih-alih putus asa, semangatnya tambah menggebu. Layaknya petinju yang kalah KO pada pertarungan pertamanya, ia berdiri tegak dan menyusun rencana lebih matang. 

Katanya, Katahati akan menggelar Kelas Menulis bagi kalangan profesional seperti dokter, pengacara, arsitek, staf ahli, staf humas, dsb. Bahkan gebrakan lain seperti Parade 300 Pembaca Puisi. Tetapi aku tidak akan membocorkan semuanya kepadamu. Mana tahu kamu berhasrat mencari tahu sendiri di Instagram atau Facebook Katahati.

Maman Suherman dan Bamby Cahyadi saat mengulas
Maman Suherman dan Bamby Cahyadi saat mengulas
Aku tidak ingin mematahkan bara di matanya. Aku juga tidak ingin meletupkan bara itu, sebab aku tidak mau melambungkan harapannya secara berlebihan. Dunia menulis bukanlah dunia simsalabimatau abrakadabra.

Aku hanya bisa tersenyum dan berdoa--aih, berdoa.

***

Kalau saja kamu ada di sini, kamu pasti akan terkesima melihat harapan memancur dari matanya. Boleh jadi malah seperti aku: terpesona! Aku mengira ia sudah menghapus kata "menyerah" atau "putus asa" dari kamus hidupnya. Atau, jangan-jangan ia memang tidak mengenal kedua kata itu. Dan, hatiku yang memastikan bahwa aku makin mencintainya.

Begitulah. Aku sudah menuturkan semuanya kepadamu. Oh, maaf. Ternyata belum semuanya. Aku belum menyebut namanya. Janggal juga kalau kamu tidak tahu namanya. Baiklah. Namanya Amel. Aku menyapanya dengan sebutan khusus: Pepuja Hatiku.

Kandangrindu, Maret 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun