Akhirnya, hari keberangkatan Ica tiba. Dia pergi tanpa banyak perpisahan formal. Ara dan Lia berdiri di depan mural mereka, yang kini terasa seperti kenangan dari masa lalu. Mereka memandangi karya yang mereka buat bersama, sebuah simbol dari persahabatan yang telah berubah.
Setelah Ica pergi, Ara dan Lia berusaha untuk melanjutkan hidup mereka. Mural mereka tetap ada di dinding taman, tetapi itu tidak lagi hanya mewakili kenangan indah. Kini, itu juga mengingatkan mereka akan kehilangan yang mendalam.
Ara kembali fokus pada lukisannya dan menemukan kenyamanan dalam seni. Lia, yang memutuskan untuk fokus pada karier musiknya, juga berusaha untuk menemukan kebahagiaan dalam pencapaian pribadi. Mereka masih sering mengunjungi taman, memandang mural mereka, dan mengenang saat-saat yang lebih bahagia.
Suatu hari, ketika mereka sedang duduk di bawah pohon besar di taman, Lia berkata, "Kadang aku berharap kita bisa kembali ke masa lalu, sebelum semua ini terjadi."
Ara mengangguk. "Tapi aku juga tahu, kita tidak bisa mengubah masa lalu. Kita hanya bisa melanjutkan hidup dan menghargai kenangan yang telah kita buat."
Keduanya sepakat bahwa meskipun persahabatan mereka telah berubah, mereka akan selalu menghargai waktu yang telah mereka habiskan bersama. Mural di dinding taman tetap menjadi bagian dari kisah mereka, dan meskipun itu adalah simbol dari persahabatan yang hilang, itu juga menjadi pengingat dari betapa indahnya masa lalu mereka.
Seiring berjalannya waktu, mereka belajar untuk merelakan dan melanjutkan hidup. Mereka tahu bahwa persahabatan, seperti warna dalam sebuah lukisan, kadang bisa memudar, tetapi kenangan yang tersisa akan selalu menjadi bagian dari diri mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H