Saya mengikuti misa pontifikal Paus Fransiskus di Stadion Nasional Singapura melalui Youtube. Saya memperhatikan liturginya. Seluruh liturgi dirayakan dalam bahasa Inggris. Singapura adalah negara kota metropolitan. Kebudayaan orang-orang di negara kota metropolitan itu berbeda dengan kebudayaan orang kampung.
Dalam hal ini, umat katolik yang ikut misa adalah umat katolik yang beridentitas negara kota metropolitan di ibu kota negara Singapura.
Saya pikir bahwa dengan bahasa Inggris saja, liturgi katolik Singapura sudah tampak sangat modern. Orang-orang Asia berbicara dan menyanyi persis seperti orang-orang Inggris.
Tidak ada bahasa atau kebudayaan daerah yang diragakan dalam liturgi. Identitas daerah mungkin tidak ada. Mayoritas orang-orang Katolik di Singapura adalah para pendatang dari India, China dan Melayu.
Saya pikir bahwa Singapura adalah negara modern sampai tidak ada lagi bahasa daerah dengan kebudayaannya dipakai dalam liturgi. Bagaimanapun identitas asli Singapura harus diungkapkan dalam liturgi. Tetapi sudahlah, liturgi telah selesai.
Kita memang tidak lagi mempersoalkan identitas asli Singapura. Gereja Singapura telah berkembang dengan baik. Sekitar 200 ribu orang katolik menyambut Bapak Suci Paus Fransiskus dengan gembira. Selamat sukses kita ucapkan untuk gereja Katolik Singapura!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H