Kerja macam itu punya banyak saingan. Di dunia internet  orang mudah membaca tetapi mudah melupakan.  Jika hanya membaca atau menyaksikan tanpa melakukannya itu tidak ada masalah.Â
Ini sama halnya dengan seorang dewasa menonton video porno tapi ia tidak pernah melakukannya. Ia ingin mendidik diri bahwa perbuatan di dalam video porno adalah perbuatan jahat jika melakukannya tanpa restu dari agama-adat istiadat-hukum dan moral. Dua kubu sama-sama kuat. Jadi masing-masing kubu agar tidak boleh memonopoli kebenaran.
Perlu Pengakuan?
Dalam Perpres jurnalisme berkualitas sebaiknya kita melihat sisi berimbang. Hal itu misalnya: terkait tujuan pembuatan konten. Juga bagaimana tanggung jawab Media yang mempubliksikan. Media harus didengarkan juga. Sebaliknya kita mencoba untuk mengupas sisi pembuat konten.Â
Boleh dikatakan penulis atau pembuat konten adalah profesi yang unggul di dunia internet. Tiada yang dapat menyaingi penghasilan pembuat konten di dunia internet. Hanya dalam hitungan jam ratusan Dolar dapat diraup. Mereka melakukan apa saja demi meraup views dan mendapatan bayaran.
Pembuat konten adalah satu-satunya profesi yang dapat meraup banyak uang di internet. Mereka adalah orang-orang konyol yang unggul dalam mencari uang dengan cara konyol. Banyak uang bisa didapatkan hanya dalam satu hari dengan menciptakan konten hoaks untuk mendapatkan banyak views.Â
Konten-konten moralis yang sepih pengunjung menyerang pembuat konten hoaks yang punya banyak views. Dalam dunia profesi setiap orang berjuang untuk membenarkan diri. Tetapi kita harus ingat bahwa ini dalam dunia kerja seperti itu setiap orang berjuang untuk mendapatkan banyak uang dengan cara apa saja.
Profesi konten kreator adalah profesi unggul di jagat maya. Konten kreator dapat meraih banyak duit dengan cara-cara konyol. Itulah hebatnya profesi  konten kreator yang harus kita akui!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H