Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008 dan suka Trading. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat. Roasters Giveaway 2024. Hubungi: 081337701262.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mama Aleta Baun dari Mollo-NTT Memperjuangkan 5 Nilai Global untuk Transformasi Politik Indonesia yang Lebih Baik

10 November 2022   16:11 Diperbarui: 10 November 2022   16:15 1209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan komunitas adat yang dibentuk, Mama Aleta memperbanyak diskusi dengan mereka. Dalam diskusi, diperlihatkan tentang sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain. Diskusi membuat pemikiran komunitas adat menjadi lebih kritis. Beberapa hal tentang topik dalam diskusi adalah: dampak-dampak negatif dari penambangan dan upaya untuk menghentikan penambangan. Juga cara memperbaiki alam yang rusak dengan aksi nyata melakukan konservasi alam agar pulih kembali.

5. Tradisi Budaya Sebagai Medium Pendidikan Paling Menyentuh Tiap Individu

Dengan keberhasilan itu, Mama Aleta membuktikan bahwa pendidikan yang berbasis pada tradisi budaya setempat adalah model pendidikan yang paling menyentuh tiap individu. Tanpa pendidikan budaya dari dalam keluarga, setiap orang tidak bisa memiliki pengetahuan yang benar. Kemapanan dalam budaya adalah syarat mutlak mendapatkan pendidikan yang baik. Banyak orang gagal memperoleh pendidikan secara baik karena melupakan budayanya sendiri. Budaya adalah salah satu potensi domestik yang paling diandalkan dalam memperoleh pendidikan. Sebab ada nilai-nilai dalam budaya yang sebenarnya sudah jadi, siap dikembangkan oleh seorang individu setelah meraih pendidikan yang baik. Pendidikan modern memoles pengetahun budaya sendiri menjadi lebih jernih dan berhasil.

Dalam kasus ini, meskipun Mama Aleta Baun hanya tamat SMA Kristen Kupang, namun Mama Aleta memiliki kelebihan yang sangat jarang dimiliki seseorang, yakni kemapanan dalam budaya sendiri. Di Indonesia, setiap kebudayaan memiliki wilayah teritorial. Kabupaten adalah wilayah yang terdiri atas beberapa suku bangsa yang masing-masing suku bangsa memiliki wilayah sebagai medium tempat tinggal selama berabad-abad. Para warga memiliki kekayaan-kekayaan yang tak berkesudahan di dalam wilayah territorial suku mereka. Untuk itu pendidikan bertugas untuk memanusiakan manusia agar manusia hasil pendidikan dapat mengolah potensi-potensi domestik menjadi barang-barang siap pakai yang berkualitas dan memiliki nilai jual tinggi.

Mama Aleta Baun menghidupkan filosofi perjuangannya dari budaya dawan sebagai kekuatan mengusir para perusak lingkungan hidup. Budaya dawan adalah budaya yang dia anut dari tradisi turun-temurun. Fiosofi alam dari budaya dawan itu mengilhami perjuangannya untuk mengusir para penambang dan melestarikan lingkungan hidup. Kekuatan budaya dawan yang ada dalam diri Mama Aleta meliputi:  filosofi tentang alam, tradisi menenun dan mengayam, kehidupan peternakan dan pertanian, dll.

Menurut pengakuan Mama Aleta kepada Guntur Romli (2008), orang Mollo-NTT percaya Fatu, nasi, Noel, afu amsan a'fatif neu monit mansian. Batu sebagai tulang, tanah sebagai daging, air sebagai darah,  dan hutan sebagai kulit, paru-paru dan rambut. Jika kita merusak alam, kita seperti merusak tubuh sendiri.

Menurut pengakuan Mama Aleta kepada Siti Maemunah (2016), marga-marga orang Mollo-NTT berasal dari gunung batu, yang disebut faut kanaf.  Orang Timor atau Atoen meto memiliki Kanfatun, nama yang diperoleh dari batu tempat leluhur berasal dan merupakan akar dan batang dari pohon keluarga. Ritus-ritus adat dilakukan di sekitar gunung batu, kayu atau hutan dan sumber air. Perempuan bertanggung jawab menyediakan air dan makanan untuk keluarga. Bagi Mama Aleta, tenun adalah identitas adat orang Timor. Lelaki menggunakan selimut  atau mauk, sementara perempuan menggunakan sarung atau biasa kami sebut tais. Tenun adalah pekerjaan sehari-hari perempuan. Sejak kecil Aleta diajari menenun. Sambil menenun, Aleta diajari oleh ibunya tentang kekayaan alam, adat dan tanggung jawab perempuan. Semua bahan tenun juga didapat dari alam, seperti: Kapas, kayu ampupu, cemara, serat pohon enau, batang pohon tanduk. Pewarna juga berasal dari kebun dan hutan, sepeti: akar mengkudu, daun nila dan daun arbila.

6. Pentingnya Penghayatan 5 Nilai Global

Lima nilai global berikut ditetapkan oleh hasil konsesus agama-agama dan negara-negara sehingga pelaksanaannya mewajibkan. Nilai-nilai global adalah kebajikan atau kabaikan yang diterima secara konsensus untuk berlaku secara global. Mama Aleta Baun telah memperjuangkan dan melakukan 5 nilai global berikut dalam perjuangannya di Kabupaten TTS-NTT dengan tanggung jawab ekologis sebagai titik tolak penting.

Nilai-nilai global yang disetujui banyak negara dan agama dapat menyatukan umat manusia. Nilai-nilai global dapat menjamin kebahagiaan, keteraturan, ketertiban hidup dan kualitas hidup. Setiap orang yang tekun melaksanakan nilai-nilai global akan menjadi manusia-manusia berkualitas dan baik dalam hidupnya.

6.1. Pantang Kekerasan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun