Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat. Roasters Giveaway 2024.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dengan Internet, Saya Berhasil Menerbitkan 2 Buku, Ini Penjelasannya

6 Juli 2022   20:13 Diperbarui: 6 Juli 2022   20:24 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

     Dalam artikel ini, saya menuliskan pengalaman berharga mengenai Manfaat Internet nyata yang telah saya dapatkan dalam kurun waktu 11 tahun (2011-2022). Untuk kepentingan lomba blog, saya menempatkan artikel ini dalam subtema Pendidikan. Internet yang saya maksudkan dalam artikel ini adalah Internetnya Indonesia.

     Sistematika artikel ini terdiri dari 6 subjudul, yaitu: Pendahuluan, Definisi Istilah-Istilah Penting, Deskripsi Singkat 2 Buku Karya Saya, Buku Menggambarkan Etos Kerja Penulis, Agar Semua Orang Jadi Manusia Berbudaya dan Kesimpulan. Artikel ini saya selesaikan dengan menggunakan 2 metode, yaitu: studi kepustakaan dan refleksi pribadi.

Definisi Istilah-Istilah Penting

     Telkom Indonesia adalah perusahaan informasi dan komunikasi sebagai penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap di Indonesia. Sedangkan Indonesia Digital Home adalah kepanjangan dari IndiHome yang adalah salah satu produk unggulan Telkom Indonesia.

     Kompasiana adalah blog jurnalis yang bertransformasi menjadi sebuah media warga (citizen media). Di sini, setiap orang dapat mewartakan peristiwa, menyampaikan pendapat dan gagasan serta menyalurkan aspirasi dalam bentuk tulisan, gambar ataupun rekaman audio dan video. Keterlibatan aktif warga ini diharapkan dapat mempercepat arus informasi dan memperkuat pondasi demokratisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Deskripsi Singkat 2 Buku Karya Saya

     Dengan menggunakan internet, saya sukses menerbit 2 buku. Dua buku merupakan wujud pencapaian saya sebagai manusia berbudaya. Kini 2 buku saya sudah disimpan pada Perpustakaan Nasional di Jakarta, dibuat dengan memanfaatkan internet. Selain dicetak dalam bentuk buku, sekarang kedua buku dapat didownload di academia.edu.

Buku 1: Jalan Wadas Politik dan Pendidikan Indonesia Kontemporer (Depok: Herya Media, 2014).

Cover buku pertama saya (Sumber foto: Herya Media 2014).
Cover buku pertama saya (Sumber foto: Herya Media 2014).

Buku ini berisi sintesis aktual tentang kondisi politik dan pendidikan Indonesia di era kontemporer sebagai kondisi penuh polemik dan kontradiksi. Buku ini diterbitkan setelah momentum Pilpres 2014 oleh Penerbit Herya Media. Artikel-artikel pendidikan bagaikan mutiara-mutiara pendidikan yang mungkin terlupakan. Kondisi politik dan pendidikan Indonesia sedang berjalan di jalan wadas kontemporer dalam derasnya laju perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Beberapa artikel kebudayaan menyoroti daerah Timor-NTT dalam kondisi perubahan-perubahan yang terjadi saat ini. Mengapa saya menyoroti budaya Timor- NTT? Jawabannya karena budaya Timor-NTT, tempat di mana saya tinggal sekarang termasuk budaya yang kurang diperhatikan di Indonesia. Dalam hal ini, kebudayaan tidak saja dipahami dalam bentuk kearifan yang berakar kokoh, tetapi sebagai penanda wilayah.

Buku 2: Pendidikan, Keindonesiaan dan Potensi Domestik (Depok: Herya Media, 2016)

Cover buku kedua saya (Foto: screenshot dari Cover karya Herya Media 2016).
Cover buku kedua saya (Foto: screenshot dari Cover karya Herya Media 2016).

     Oleh beberapa peneliti, buku ini adalah mahakarya. Cover buku memperlihat Presiden Joko Widodo sedang melakukan blusukan di pasar tradisional Haliwen Atambua pada tahun 2015. Buku ini berisi ide-ide tentang pendidikan, keindonesiaan dan potensi domestik. Kemajuan pendidikan diukur dengan tingkat ketersediaan dan pengelolaan potensi domestik. Potensi domestik tidak hanya berupa kekayaan materi, tetapi juga kekayaan non materi. Mengapa saya masih membahas tentang budaya Belu dan Malaka di provinsi NTT di buku kedua ini? Jawabannya karena kedua kabupaten tempat saya lahir, bersekolah dan bekerja ini memiliki sejumlah potensi untuk berkembang di masa depan apabila dikelola secara benar, juga karena 2 kabupaten ini digolongan daerah tertinggal sehingga membutuhkan perhatian khusus.

     Tradisi budaya adalah simbol-simbol budaya milik setiap suku bangsa di Indonesia. Di dalam tradisi budaya terdapat simbol-simbol kemanusiaan yang tertanam kuat dalam bentuk mitos dan legenda. Tradisi-tradisi budaya tertanam kuat dalam ingatan kolektif warga suku sehingga tidak dapat dihilangkan bahkan oleh struktur keagamaan atau ilmiah yang baru. Misalnya, matahari dan bulan dengan simbolisme cahayanya, berakar begitu kuat dalam tradisi budaya pada setiap suku bangsa di Indonesia sehingga agama-agama harus berinkulturasi dengan tradisi-tradisi budaya setempat.  

Dua Buku Menggambarkan Etos Kerja Penulis

     Dengan kemudahan membaca dan menulis di Media, etos kerja saya meningkat. Saya telah mengubah kebebasan yang dangkal menjadi kebebasan berkualitas.  Jika etos kerja fisik dan intelektual disandingkan maka tentu saja etos kerja fisik berada di atas intelektual. Pada setiap kebudayaan di Indonesia, kerja fisik dianggap puncak dari kemanusiaan berbudaya. Tindakan dianggap lebih penting dari pengetahuan. Etos kerja fisik adalah senjata pemungkas mengatasi kemiskinan absolut.

     Jumlah orang yang bekerja fisik adalah mayoritas di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS),  jumlah angkatan kerja Indonesia mencapai 144,01 juta jiwa pada Februari 2022. Jumlah tersebut mencapai 69,06% dari total penduduk usia kerja yang berjumlah 208,54 juta jiwa.

     Jumlah angkatan kerja hanya bisa terserap dalam pekerjaan untuk mengolah potensi domestik di setiap daerah. Hal ini mengingat Indonesia adalah negara agraris terluas di dunia. Dalam buku kedua, saya mencantumkan potensi domestik sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan dan keindonesiaan. Potensi domestik adalah keadaan materi dan non materi yang belum diolah. Potensi domestic harus diubah ke keadaan aktual oleh keunggulan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dicapai dengan memajukan pendidikan. 

Agar Semua Orang Jadi Manusia Berbudaya

     Apabila artikel-artikel yang terbit dalam bentuk buku dikelompokkan ke dalam kelompok artikel-artikel berkualitas maka saya tidak masuk kelompok penulis terjun bebas di Kompasiana. Saya berkeyakinan bahwa  2 buku saya memuat artikel-artikel berkualitas dan sudah sesuai kriteria-kriteria dari penerbit Herya Media untuk dibukukan.

     Saat 2 buku ini terbit, saya adalah seorang Kompasianer dan guru sehingga saya memiliki kewibawaan tertentu. Saya juga memiliki bekal pengalaman menulis sejak SMA hingga kuliah di Sekolah Tinggi Filsafat Ledalero (1996-2001). Pengalaman mengajar di 3 SMA di kota Atambua sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2016 juga cukup menentukan keberhasilan artikel-artikel yang saya tulis di Kompasiana untuk lolos masuk di dapur penerbitan buku.

     Dua buku adalah wujud nyata tanggung jawab moral dalam berkreasi. Kondisi ini dapat menghapus penilaian miring bahwa para Kompasianer cenderung terjun bebas menulis artikel-artikel. Saya berhasil mengubah kebebasan saya menjadi kualitas. Tetapi kebebasan harus disempurnakan dengan moralitas. Moralitas yang diperoleh dari kualitas menuntut pribadi seseorang dan dunia sosial tunduk pada norma-norma. Pada akhirnya semua kreativitas harus ditempatkan untuk melayani keadilan sosial dan kemanusiaan.  

     Pengalaman menulis buku membuktikan bahwa seorang Kompasianer seperti saya punya kemampuan berkembang untuk semakin manusiawi dan berbudaya. Dalektika tentang kemanusiaan berbudaya hanya dapat dibangun dari artefak budaya berharga yang dibuat manusia, seperti buku. Buku sebagai artefak budaya menggambarkan pencapaian etos kerja saya yang meningkat selama 11 tahun ini berkat internet. Etos kerja adalah indikator untuk menilai kualitas  kemanusiaan berbudaya yang berada di atas teknologi.

     Untuk menciptakan manusia berbudaya, etos kerja pada setiap individu dan masyarakat harus selaras dengan etos global. Dalam salah satu paper ilmiahnya, teolog George Kirchberger membahas tentang etos global menurut Hans Kueng yang terdiri dari 2 prinsip dan 5 nilai. Dua prinsip itu adalah Perikemanusiaan: Semua orang perlu diperlakukan secara manusiawi; dan Kaidah emas: Jangan melakukan kepada orang lain apa yang kamu tidak mau ia lakukan terhadap kamu sendiri. Sedangkan 5 nilai etos global adalah pantang kekerasan, solidaritas dalam keadilan, kejujuran, kesetaraan dan kemitraan antara pria dan wanita, tanggung jawab ekologis.

     Etos global adalah watak kerja universal yang berlaku umum oleh kesepakatan bersama. Dengan berprinsip pada etos global, kita dapat mencapai masa depan cerah dengan memanfaatan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.

     Bagi setiap kebudayaan di Indonesia, kerja fisik adalah tindakan berbudaya, tetapi pada akhir setiap kegiatan kerja fisik harus dibuatkan evaluasi dan refleksi untuk menilai keunggulan dan kelemahan teori dan praktik serta untuk menemukan gagasan yang baik bagi kebaikan di masa depan.

     Dengan bekerja di Internet, saya telah menolong banyak siswa, mahasiswa, jurnalis dan akademisi mendapatkan bahan-bahan penting untuk kaya mereka. Sejumlah artikel di Kompasiana, modul dan buku saya telah digunakan sebagai bahan referensi untuk pelbagai penulisan paper, artikel hingga skripsi. Dengan cara ini, saya telah menolong para pengguna mendapatkan hidup yang lebih baik dan mencapai kemanusiaan berbudaya.

Kesimpulan

     Saya bersyukur kepada Tuhan YME bahwa dengan menggunakan internet, hari ini saya masih memiliki kualitas hidup karena saya telah menerima dan memberi banyak ilmu berharga kepada para siswa dan pembaca. Ilmu-ilmu berharga telah membuat saya mencapai kemanusiaan berbudaya. Saya juga bertanggung jawab untuk memajukan kemanusiaan, agar semua orang menjadi manusia berbudaya. 

     Saya telah mengubah kebebasan membaca dan menulis untuk menjadi kualitas berkat internet. Kebebasan harus disempurnakan dengan norma-norma, terutama moralitas. Norma moralitas menuntut bahwa pribadi seseorang dan dunia sosial tunduk pada hukum. Semua kreativitas harus ditempatkan untuk melayani keadilan sosial dan kemanusiaan berbudaya. Cita-cita ini tidak mudah dicapai, tetapi membutuhkan teknologi informasi dan komunikasi, waktu, kesabaran dan kerja.

Daftar Referensi: 

1. Mengkaka, Blasius, Jalan Wadas Politik dan Pendidikan Indonesia Kontemporer, Depok: Herya Media, 2014.

2. ________________, Pendidikan, Keindonesiaan dan Potensi Domestik, Depok: Herya Media, 2016.

3. ________________, Mengapa Materi Aktual Lebih Penting dari Materi Potensi?, dalam kompasiana.com.

4. Kirchberger, George, Konsep Ethos Global Hans Kueng dan Relevansinya Terhadap Dialog Antaragama di Indonesia, Jurnal Ledalero Vol. 21, No. 1, Juni 2022.

5. Wulaniyati, Karla, Anda Termasuk Penulis "Terjun Bebas" atau Penulis Terstruktur?, dalam kompasiana.com.

6. Wibowo, Syarif,  Indonesia Menjadi Raksasa Pangan Dunia, Dekan FP Unhas: Ini Syaratnya, dalam www.inews.id.

7. Badan Pusat Statistik (BPS), Berapa Jumlah Angkatan Kerja Indonesia 2022?, dalam databoks.katadata.co.id.

8. Putri Perdana. Teknologi Digital dan Kebudayaan, dalam remotivi.or.id, diakses pada 06 Juli 2022. 

9.  p2k.unkris.ac.id/Telkom Group, diakses pada tanggal 06 Juli 2022.

10. Wikipedia.org/Kompasiana, diakses pada tanggal 06 Juli 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun