Buku ini berisi sintesis aktual tentang kondisi politik dan pendidikan Indonesia di era kontemporer sebagai kondisi penuh polemik dan kontradiksi. Buku ini diterbitkan setelah momentum Pilpres 2014 oleh Penerbit Herya Media. Artikel-artikel pendidikan bagaikan mutiara-mutiara pendidikan yang mungkin terlupakan. Kondisi politik dan pendidikan Indonesia sedang berjalan di jalan wadas kontemporer dalam derasnya laju perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Beberapa artikel kebudayaan menyoroti daerah Timor-NTT dalam kondisi perubahan-perubahan yang terjadi saat ini. Mengapa saya menyoroti budaya Timor- NTT? Jawabannya karena budaya Timor-NTT, tempat di mana saya tinggal sekarang termasuk budaya yang kurang diperhatikan di Indonesia. Dalam hal ini, kebudayaan tidak saja dipahami dalam bentuk kearifan yang berakar kokoh, tetapi sebagai penanda wilayah.
Buku 2: Pendidikan, Keindonesiaan dan Potensi Domestik (Depok: Herya Media, 2016)
   Oleh beberapa peneliti, buku ini adalah mahakarya. Cover buku memperlihat Presiden Joko Widodo sedang melakukan blusukan di pasar tradisional Haliwen Atambua pada tahun 2015. Buku ini berisi ide-ide tentang pendidikan, keindonesiaan dan potensi domestik. Kemajuan pendidikan diukur dengan tingkat ketersediaan dan pengelolaan potensi domestik. Potensi domestik tidak hanya berupa kekayaan materi, tetapi juga kekayaan non materi. Mengapa saya masih membahas tentang budaya Belu dan Malaka di provinsi NTT di buku kedua ini? Jawabannya karena kedua kabupaten tempat saya lahir, bersekolah dan bekerja ini memiliki sejumlah potensi untuk berkembang di masa depan apabila dikelola secara benar, juga karena 2 kabupaten ini digolongan daerah tertinggal sehingga membutuhkan perhatian khusus.
   Tradisi budaya adalah simbol-simbol budaya milik setiap suku bangsa di Indonesia. Di dalam tradisi budaya terdapat simbol-simbol kemanusiaan yang tertanam kuat dalam bentuk mitos dan legenda. Tradisi-tradisi budaya tertanam kuat dalam ingatan kolektif warga suku sehingga tidak dapat dihilangkan bahkan oleh struktur keagamaan atau ilmiah yang baru. Misalnya, matahari dan bulan dengan simbolisme cahayanya, berakar begitu kuat dalam tradisi budaya pada setiap suku bangsa di Indonesia sehingga agama-agama harus berinkulturasi dengan tradisi-tradisi budaya setempat. Â
Dua Buku Menggambarkan Etos Kerja Penulis
   Dengan kemudahan membaca dan menulis di Media, etos kerja saya meningkat. Saya telah mengubah kebebasan yang dangkal menjadi kebebasan berkualitas.  Jika etos kerja fisik dan intelektual disandingkan maka tentu saja etos kerja fisik berada di atas intelektual. Pada setiap kebudayaan di Indonesia, kerja fisik dianggap puncak dari kemanusiaan berbudaya. Tindakan dianggap lebih penting dari pengetahuan. Etos kerja fisik adalah senjata pemungkas mengatasi kemiskinan absolut.
   Jumlah orang yang bekerja fisik adalah mayoritas di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS),  jumlah angkatan kerja Indonesia mencapai 144,01 juta jiwa pada Februari 2022. Jumlah tersebut mencapai 69,06% dari total penduduk usia kerja yang berjumlah 208,54 juta jiwa.
   Jumlah angkatan kerja hanya bisa terserap dalam pekerjaan untuk mengolah potensi domestik di setiap daerah. Hal ini mengingat Indonesia adalah negara agraris terluas di dunia. Dalam buku kedua, saya mencantumkan potensi domestik sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan dan keindonesiaan. Potensi domestik adalah keadaan materi dan non materi yang belum diolah. Potensi domestic harus diubah ke keadaan aktual oleh keunggulan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dicapai dengan memajukan pendidikan.Â
Agar Semua Orang Jadi Manusia Berbudaya
   Apabila artikel-artikel yang terbit dalam bentuk buku dikelompokkan ke dalam kelompok artikel-artikel berkualitas maka saya tidak masuk kelompok penulis terjun bebas di Kompasiana. Saya berkeyakinan bahwa  2 buku saya memuat artikel-artikel berkualitas dan sudah sesuai kriteria-kriteria dari penerbit Herya Media untuk dibukukan.