Ketika setiap hari kita kerap berinteraksi dengan pelbagai produk keuangan, pernahkah kita sejenak merenungkan sejarah kapitalisme dan sosialisme? Kita harus memahami sejarah sebagai fakta yang menggerakan kita ke arah hidup yang lebih baik.
I. Mempertimbangkan Sejarah Kapitalisme
Kapitalisme muncul bersamaan dengan krisis ilmu pengetahuan, Perang Dunia II dan kemerdekaan negara-negara Asia dan Afrika. Perang Dunia II telah mengguncang semua nilai kebudayaan. Saat PD II, para penguasa militer terbesar dari seluruh dunia saling berperang. Lebih dari 30 juta jiwa melayang. Jumlah itu belum dihitung dengan jumlah korban selama dekolonialisasi di Asia dan Afrika.
Di Jerman, revolusi menelankan korban jiwa lebih dari 2 juta kaum Yahudi dalam peristiwa holocaust. Di samping mati karena korban perang, puluhan juta orang Asia-Afrika mati karena wabah kelaparan dan penyakit. Â Perang Dunia II telah menghancurkan sebagian populasi umat manusia. Penggunaan bom atom di akhir PD II menimbulkan goncangan parah. Problema etis dan problema batas kekuasaan manusia dipertanyakan. Mengapa institusi dunia terkuat saat itu tidak mampu mencegah PD I dan II, holocaust, penggunaan bom atom, dll?Â
1.1. Faktor Kegagalan Filsafat
Pasca PD II, semua orang sependapat bahwa cara kerja filsafat kurang bermanfaat dalam menghentikan pembunuhan dan kekerasan dalam 2 perang dunia. Sesudah 2000 tahun berfilsafat, para filsuf gagal menarik kesimpulan-kesimpulan pasti. Umat manusia kurang percaya lagi kepada filsafat untuk menyelesaikan masalah dunia. Sesudah filsafat dilanda krisis kepercayaan, ilmu pengetahuan lainnya menyusul. Paling pertama ialah krisis ilmu fisika, matematika, teknik, tata negara, ekonomi dan ilmu sosial..
Sejak abad XX, kesenjangan sosial ekonomi dunia makin  mendalam. Meskipun negara-negara dunia makin bersatu dalam pandangan hidup. Ilmu filsafat tidak memiliki solusi yang tepat tentang penyelesaian konflik dunia. Pasca Perang Dunia II, pertentangan antara blok-blok meningkat. Konflik-konflik susulan meningkat antara negara-negara barat dan AS tentang migas dunia di Timur Tengah.
Negara-negara dunia pertama tetap mendominasi ekonomi dan sosial dunia. Di urutan kedua ialah negara-negara komunis, utamanya Rusia dan China. Negara-negara berkembang dilanda kemiskinan dan pergolakan sosial-ekonomi. Untuk memecahkan masalah sosial-ekonomi, 2 sistem esktrem yang saling bertentangan digunakan, yakni: kapitalisme dan sosialisme. Dua sistem ekonomi ini masing-masing memiliki cita-cita yang berlawanan.
1.2. Kapitalisme-Liberalisme
Liberalisme disebut juga kapitalisme, yakni: paham ekstrem yang berpendapat bahwa cara penyelesaian masalah sosial-ekonomi dilakukan hanya dengan menggunakan sistem kebebasan individual dan inisatif pribadi. Paham ekstrem ini disebut haluan kanan (konservatif). Sejarah awal munculnya paham ekstrem kapitalisme ialah renaissance (1500-1650). Kesenian dan sastra Yunani-Romawi kuno sebagai kebudayaan ideal. Manusia lebih dihargai sebagai individual yang bebas dalam semua bidang hidup. Zaman renaissance disebut zaman humanisme, yakni: pusat perhatian adalah manusia.
William dari Ocam (1300-1350) mematahkan filsafat Scholastik dengan faham nominalisme. Ide-ide sebagai bahan pengetahuan hanyalah nama yang digunakan manusia dalam praktek, jadi ide-ide bukan kebenaran sesungguhnya. Kebenaran sesungguhnya tidak dapat dijangkau oleh akal budi manusia. Sistem Ocam membuat pengaruh filsafat menurun, hanya tertinggal wahyu Allah sebagai sumber kebenaran. Hukum alam kehilangan basisnya di dalam hukum abadi karena rencana Allah tidak tampak dalam aturan semesta alam. Sehingga muncul kebenaran lain, yakni: ilmu-ilmu pengetahuan positif, khususnya ilmu alam dengan metode empiris.
Marsilius dari Padova (1270-1340) mengatakan gereja hanya punya fungsi rohani. Tapi tidak punya kuasa duniawi. Pandangan ini menjadi pandangan umum orang-orang masa renaissance.
Desiderius Erasmus (1469-1536) adalah seorang humanis yang berjasa dalam bidang study sastra Yunani, Latin dan teologi. Pendapatnya termuat dalam buku termasyur berjudul Mariae Encomium (1509), pujian terhadap kebodohan.
Thomas Moore (1478-1535) adalah humanis Inggris paling terkemuka. Karena tidak setuju tingkah laku moral raja Hendry VIII, ia dijatuhi hukuman mati. Ia menulis buku berjudul: Utopia (1516). Ia menciptakan pandangan demokratis atas negara.
Protestantisme mulai muncul sejak 1517, khususnya di Eropa Utara. Mereka memisahkan diri dari gereja Roma dan memprotes kewibawaan paus di Roma dan mengikuti suara hatinya sendiri. Tokoh utama gereja-gereja itu adalah Luther dan Calvin. Luther (1483-1546) mengatakan gereja tidak boleh memiliki kekuasaan politik. Gereja berada di bawah kekuasaan raja. Gereja hanya berwibawa atas bidang bathiniah. Calvin menolak absulutisme negara bahwa manusia sebagai pribadi memiliki hak-hak tertentu yang tidak boleh dirongrong oleh negara.
Macchiavelli (1469-1527) di Italia membangkitkan kembali kebudayaan Romawi kuno dengan mewujudkan kembali kekuasaan  kekaisaran Romawi zaman dahulu. Hal itu terjadi melalui paksaan. Untuk mencapai tujuan ini Macchiavelli tidak perdulikan lagi kewajiban-kewajiban agama dan moral, ia telah melepaskan agamanya. Bukunya yang terkenal Il Principe (sang Raja) terbit 1513. Ideal politiknya menuntut adanya orang kuat. Tak perlu raja dihalangi dengan segala pertimbangan moral. Segalanya diisinkan jika hal itu dituntut untuk mempertahankan kekuasaan negara, termasuk penggunaan kekerasan oleh penguasa. Macciavelli menghina rakyat sebagai bodoh dan terikat pada nafsu-nafsu. Ia tidak peduli kesejahteraan rakyat. Hak Azasi Manusia diabaikan. Kekerasan tak ada batasnya.
Jean Bodin (1530-1596) mengatakan raja memegang kekuasaan tertinggi dan mutlak atas semua orang dan lembaga dalam wilayahnya. Kekuasaannya tidak terbatas tidak ada di atas raja dan tidak ada di bawah raja, raja juga tidak terikat UU. Dengan jalan ini terbuka kesempatan ke arah absolutisme negara.
Hugo Grotius (1583-1645) banyak dipengaruhi oleh aliran filsafat Stoa mengatakan bahwa semua manusia memiliki kecenderungan alamiah untuk hidup bermasyarakat. Sebelum ada negara, sudah ada masyarakat manusia. Negara adalah hasil persetujuan antara orang-orang berdasarkan kecendrungan untuk hidup bersama. Negara adalah hasil kehendak orang-orang individual untuk hidup bersama. Manusia memiliki kemampuan untuk mengerti segalanya secara rasional menurut hukum Matematika yakni pengertian universal yang didapati sebagai prinsip pengertian singular lepas dari pengalaman.
Thomas Hobbes (1588-1679) adalah guru besar materialisme. Ia memiliki pandangan pesimis tentang manusia. Ia hidup selama bertahun-bertahun-tahun dalam masa pembuangan karena perang saudara di Inggris. Baginya, kebenaran hanya terdapat pada ilmu pengetahuan positif, yakni: Fisika dan Matematika. Penyelidikan empiris hanya dilakukan terhadap benda-benda konkret. Dua metode yang digunakan, yakni: deduksi dan induksi. Metode deduksi adalah metode  menarik kesimpulan dengan jalan terbalik di mana prinsip umum ditarik ke benda-benda konkret. Metode deduksi dipakai untuk Fisika dan Matematika. Hobbes tampahnya searah dengan Descartes. Pengertian berasal dari pengalaman terhadap benda konkret. Tanpa pengalaman tidak ada pengertian terhadap benda konkret. Hobbes tidak menerima ada kecenderungan untuk hidup bersama manusia. Manusia secara alamiah dikuasai oleh nafsu-nafsu alamiah untuk memperjuangkan kepentingannya sendiri. Sejak zaman purbakala, manusia menjadi serigala bagi manusia lain (homo homini lupus).
1.3. Faktor Konglomerat
Kapitalisme melahirkan penumpukan modal dalam satu tangan yang disebut konglomerat. Masyarakat dikendalikan konglomerat. Dalam dunia kapitalisme, para pengusaha yang mengejar profit bertumbuh hingga tingkat desa-desa. Para pengusaha itu adalah para penguasa otonom ekonomi yang menguasai hayat hidup banyak orang. Kapitalisme menimbulkan persaingan di antara kaum sipil yang menyebabkan kebutuhan bertambah. Konglomerat ingin mempertahankan kebebasan yang pernah dicapai pada masa lalu sehingga berwarna imperialisme dan kolonialisme gaya baru.
Kapitalisme ekonomi adalah rezim ekonomi dunia. Kapitalisme melahirkan juga diktator-diktator. Para diktator berkuasa dengan cara-cara paksaan. Diktator-diktator terkenal di dunia ialah: Hitler, Mussolini, Stalin, Tojo, Marcos, Soeharto dan Robert Mugabe. Diktator adalah penguasa yang korup, terpusat dan tertutup, membuat kekuasaan berada di tangannya. Penguasa satu jaringan besar ekonomi dengan kekayaan yang sangat besar disebut konglomerat. Dalam dunia kapitalisme ekonomi dikenal dengan adanya budaya korporasi atau jaringan kuat ekonomi dunia sehingga dikenal banyak persaingan, kesepakatan dan integrasi.
Dalam dunia kapitalisme, para konglomerat menekankan keuntungan besar dengan penghematan dan mengabaikan penghormatan terhadap martabat manusia. Kapitalisme menimbulkan nafsu, keserakahan, kebuasan, ketamakan dan fitnah-fitnah. Â Slogannya adalah: tidak ada teman, yang ada hanyalah kepentingan sejati.
II. Mempertimbangkan Sejarah Nasionalisme-Sosialisme
Nasionalisme-sosialisme adalah ekstrem yang muncul sebagai reaksi terhadap liberalisme-kapitalisme. Biasanya di negara-negara yang dikuasai oleh diktator terdapat gerakan esktrem sebagai reaksi yang sangat kuat dari rakyat. Umumnya para penggerak anti diktator berasal dari golongan nasionalisme-sosialisme.
Di Indonesia, pada awalnya golongan nasionalisme-sosialisme lahir untuk menumbangkan rezim Orde baru yang sentralistik, terpusat, diktator dan korup selama 32 tahun. Paham ekstrem ini memiliki tujuan sendiri yang berbeda dari paham kapitalisme dalam mencapai kesejahteraan.
Boleh jadi banyak warga Indonesia yang bekerja di sektor milik pemerintah dari tingkat pusat hingga RT/RW, terutama PNS, TNI, Polri, karyawan BUMN dan pejabat-pejabat umumnya berasal dari kalangan nasionalistik-sosialistis. Mereka lebih memilih bahwa penyelesaian problema-problema masyarakat hanya dilakukan oleh pemerintah. Mereka memiliki budaya gotong royong dan solidaritas sosial dalam hidup bermasyarakat.
Aliran nasionalistik ini muncul dari kalangan-kalangan agama, terutama Islam toleran dan Islam aliran kiri. Tapi Islam aliran kiri mendirikan golongan kontra kapitalisme yang disebut terorisme. Terorisme melawan kapitalisme dengan kekuatan senjata. Hingga kini perjuangan mereka dihancurkan karena melawan Pancasila. Terorisme adalah aliran militan Islam kiri yang sangat anti kapitalisme dan ingin mendirikan negara Islam kiri demi melawan kapitalisme.
Kesimpulan
Kapitalisme dan sosialisme adalah 2 ekstrem raksasa ekonomi dunia yang menjadi momok dalam dunia modern. Keduanya sedang mengintai semua pergerakan ekonomi kerakyatan. Semoga ekonomi kerakyatan Indonesia lincah dan licik bergerak di antara 2 ekstrem raksasa ekonomi dunia. Agar kita masih bisa bertransaksi dengan uang elektronik, menabung di bank, berlangganan asuransi kesehatan, kredit motor, berinvestasi dengan membeli Surat Berharga Negara (SBN) dan mengajukan permintaan kredit untuk modal usaha. Ekonomi kerakyatan adalah ekonomi yang dirahmati Tuhan yang mudah-mudahan selalu eksis berkiprah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H