Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat. Roasters Giveaway 2024. Wa: +6281337701262.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ideal Pendidikan Menurut Plato

27 Juli 2020   08:59 Diperbarui: 4 Juni 2021   17:22 4793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Naskah Politeia di sebuah Papyrus dari tahun 300 M di Ashmolean Museum, Oxford. (Sumber: papyrology.ox.ac.uk)

Dalam bukunya Politeia, Plato menekankan bahwa pendidikan adalah urusan paling penting bagi negara. Sehingga pendidikan mulai dari TK ke atas menjadi tanggung jawab negara. Pada puncaknya, hasil pendidikan harus mengabdi bagi negara. Melalui pendidikan berjenjang, para peserta didik mulai perlahan-lahan terlepas dan mandiri dari pengaruh orang tua.

Program TK Hingga SMP

Program pendidikan mulai TK hingga SMP ialah olah raga dan seni, teristimewa seni musik. Tujuannya memupuk sopan santun, keindahan dan mampu menahan diri. Estetika dan nilai etis amat ditekankan. Juga diberikan karya-karya sastra kepada anak-anak untuk mereka pahami. Mereka belajar melalui imitasi dan inspirasi.

Mereka menempatkan diri mereka pada posisi pahlawan, orang tua dan para atlet terkenal agar mereka tumbuh sesuai dengan kualitas para tokoh. Terbaik menurut Plato memiliki 2 arti, yaitu: memuaskan secara estetis, dan kedua: paling mudah dilihat dari aspek etisnya. Model pendidikan Plato bersifat terbuka sehingga pada intinya anak-anak dilatih untuk mencari forma-forma baru yang berdasarkan forma-forma klasik.

Selain itu, program pelatihan awal di jenjang TK hingga jenjang SMP diberikan secara ringan hal-hal mengenai: baca, tulis, berhitung dan pelbagai ilmu pengetahuan ringan untuk menyiapkan diri mereka mendapatkan pekerjaan dari pemerintah di masa depan.

Baca juga : Mencari Esensi Kebahagiaan, Dialog Plato dan Al-Farabi

Program Tingkat SMA/SMK

Menurut Plato, pada usia SMA (15-18 tahun), barulah anak-anak diberikan pelajaran matematika untuk melatih kecerdasan pikiran mereka. Dalam pelajaran matematika diberikan pengetahuan tentang aritmatika, geometri (planimetri dan stereometri), astronomi dan harmoni musik.

Juga diberikan sedikit mata pelajaran propaedeutika filosofis, karena mata pelajaran demikian melatih mereka kelak menantang pemikiran. Matematika adalah sarana untuk melatih anak-anak mengembangkan penghargaan terhadap kebenaran sebagai nilai, yaitu: ketepatan, ketaatan dan konsistensi dalam seni berpikir. Mereka harus tidak boleh percaya kepada pemikiran rekaan.

Program Latihan Militer

Pada usia 19-20 tahun, para peserta didik diberikan pendidikan kemiliteran untuk bela negara. Pendidikan kemiliteran diberikan setelah anak-anak remaja menamatkan pendidikan SMA/SMK.

Program Bekerja (Kuliah)

Selepas program pendidikan kemiliteran, para peserta didik dinyatakan layak bekerja di pelbagai bidang pekerjaan. Jadi tidak semua memutuskan untuk meneruskan ke jenjang pendidikan tinggi. Pada intinya, anak-anak yang sudah selesai program pelatihan militer sudah dianggap mampu bekerja dan kuliah.

Baca juga : Platon, Teks "Politeia" tentang Keadilan, Negara, dan Jiwa

Kuliah di Perguruan tinggi bagi Plato adalah sudah masuk pada program masa bekerja. Program kerja berlangsung sampai manusia berumur 50 tahun. Setelah berusia 50 tahun, mereka diterima dalam lingkungan pemerintahan dan golongan para filsuf. Sehingga kerangka pelatihan filsuf di SMA dan Universitas harus diberikan dan dipelajari secara mendalam dan tidak boleh dengan cara yang dangkal dan pragmatis.

Kerangka Pendidikan Filsofis Sejak 20 Tahun

Bagi mereka yang melanjutkan kuliah filsafat setelah program pelatihan militer, Plato memberikan kerangka pelatihan filsuf di Universitas harus diberikan dan dipelajari tidak boleh dengan cara yang dangkal-pragmatis. Pada intinya pendidikan filsafat menekankan pada kondisi empiris setiap individu. Pemahaman harus lebih dalam dari dasar teoretis masing-masing.

Tujuan belajar filsafat agar peserta didik mendapatkan pengetahuan spesialis untuk dapat digunakan dalam praktek atau kerja nyata dari sudut pandang filosofis. Pendidikan dan pelatihan agar seseorang kemudian mengakui kesamaan dan kekerabatan subyek dan praktik secara dialektik.

Pendidikan filosofis bertujuan untuk melatih peserta didik berpikir secara prosedur metodis menurut hukum logika. Dialektika adalah subjek terakhir dalam jalur pendidikan filosofis. Ini adalah pendidikan  tinggi dengan mana masalah-masalah filosofis ditangani.

Seorang ahli dialektika yang terlatih dapat maju ke kebenaran hanya dengan berpikir secara logis, tanpa bergantung pada empirisme yang selalu menipu. Ini menangkap sifat sebenarnya dari hal-hal yang tidak dapat diakses secara empiris.

Mereka yang telah menerima pelatihan persiapan harus lulus pra-seleksi sebelumnya. Setelah lulus pra-seleksi, mereka sudah dinyatakan cocok untuk pelatihan dialektik selanjutnya. Mereka kemudian diberikan instruksi filosofis.

Mereka menyelesaikan studi filosofi di pendidikan tinggi secara mendalam selama lima tahun. Setelah itu mereka harus "kembali ke gua". Dalam lima belas tahun berikutnya mereka harus membuktikan diri di kantor-kantor negara bagian yang penting dan untuk menguji keterampilan kepemimpinan mereka.

Hanya ketika mereka berusia lima puluh tahun, yakni mereka yang telah membuktikan diri mereka dalam kehidupan aktif maupun dalam sains, mereka memenuhi syarat untuk memahami gagasan tentang kebaikan dan sejak saat itu menjadi milik pemerintah.

Ide-Ide Platonis Tentang Pendidikan

Jika orang ingin belajar sistem pendidikan barat, Plato adalah tokoh sentral pendidikan barat. Ide-ide Plato adalah doktrin-doktrin hidup dalam sistem pendidikan barat. Dalam dunia modern, gagasan Plato masih tetap dipakai di hampir semua negara di dunia, teristimewa di AS dan Eropa. Metode diskusi dan dialog merupakan metode pendidikan hasil temuan Plato. Universitas sebagai pendidikan tinggi dengan menekankan pada sistem pengajaran dan riset adalah hasil pemikiran Plato. Sistem divisi sekolah mulai dari TK, SD, SMP dan PT adalah hasil temuan Plato.

Baca juga : Arti Baik Menurut Plato

Plato juga menemukan kombinasi antara pendidikan mental dan pendidikan fisik, serta pra riset. Menurut Plato, pada tingkat SLTP dan SLTA diberikan porsi pendidikan lebih banyak pada sains daripada humaniora. Sebelum seseorang melanjutkan ke spesialisasi peserta didik harus banyak mendapatkan pengetahuan umum.

Ide Plato yang sangat terkenal ialah pengetahuan tentang diri, tentang realisasi diri, tentang forma, tentang value (indah, berani, kebajikan, kebenaran). Nilai-nilai ini tunduk kepada Yang Baik.  

Bagi Plato, forma adalah karakteristik yang memberikan identitas pada sebuah benda, contohnya: kursi. Bagi Plato, forma bukan hanya merupakan bentuk/struktur, tetapi forma adalah keadaan ideal yang mengandung tingkatan nilai, contohnya: kursi karya A, lebih bagus dan indah dari kursi karya B. Semakin dekat kursi ke forma ideal, semakin baiklah kursi tersebut. Forma itu bersifat real, objektif, berada pada sebuah benda dan bukan merupakan rekaan pikiran manusia. Forma sebagai benda bersifat tetap, tidak berubah, sekalipun materinya diganti.

Forma-forma menjadi penyebab adanya nilai-nilai. Nilai-nilai membutuhkan sebuah forma yang membuat nilai tersebut berada dalam urutan koheren. Contohnya: keindahan/kecantikan, mensyaratkan pola organik, kebajikan mensyaratkan relasi harmonis antara kekuatan manusia dan kemampuannya, kebenaran mensyaratkan adanya koherensi sistematik dalam langkah-langkah pembuktian. Nilai-nilai keindahan, kebajikan dan kebenaran tunduk kepada Yang Baik/Kebaikan.

"Mengetahui' tidak bisa dibaca dari deskripsi objektif tanpa evaluasi, tindakan mengetahui harus mengikutsertakan elemen pencarian akan tujuan dan hal-hal ideal yang memberikan arti penting pada forma. Pertanyaannya: mengapa benda-benda terbentuk seperti itu? Bukan hanya bagaimanakah bentuk benda-benda itu? Jadi bagi Plato, nilai dan struktur adalah sama-sama penting atau antara deskripsi dan evaluasi adalah sama-sama penting.

Dialog-dialog Plato merupakan metode paling penting dalam pendidik sepanjang masa. Dialog atau diskusi adalah metode pendidikan yang paling efektif. Pola diskusi bukan adalah hal abstrak, tetapi harus menyata dan juga butuh praktek.

Dalam Politeia, Plato menyebut 4 tingkat dalam memahami sesuatu, yaitu: (1). Motivasi yang membutuhkan entusiasme atau keinginan untuk mengetahui, (2). Eksperimentasi (perasaan subjektif, pengalaman orang lain dan publik), (3). Generalisasi (mencari hukum-hukum dan teori), (4). Pengenalan akan forma (Ideal nilai/evaluasi).

Dengan mengutip Sokrates, gurunya, Plato menjelaskan 4 level pengetahuan berdasarkan tingkat kejelasan, yaitu:

(a). Eikasia/Kasak-Kusuk dan Fiksi. Pada bagian ini, pengetahuan bertumpu pada imaginasi, termasuk di dalamnya: ceritera, mitos dan kasak-kusuk dan opini yang tergesa-gesa. Bagi Plato, mengetahui itu lebih dari sekedar memiliki bayangan yang terjadi di kepala. Eikasia memiliki kualitas subjektif yang personal. Eikasia adalah urutan terendah dalam tingkatan pengetahuan. Namun image dan mitos tidak serta merta dicampakkan.

(b). Pistis. Pistis adalah keyakinan berdasarkan keterampilan praktis.  Hal demikian adalah keyakinan yang bisa dibuktikan dengan uji coba. Pistis dibedakan dari imajinasi individual. Pistis adalah level teknik, level di mana orang dapat mengetahui tentang cara kerja benda-benda.  Pengetahuan praktis atau pistis ini disebut empeira, yaitu: pengetahuan yang didapatkan lewat pengalaman praktis yang ditemukan dalam analogi perumpamaan tentang gua.

(c). Dianoia. Dianoia lebih tinggi dari pengetahuan tentang" tahu bahwa" dan "tahu bagaimana". Contoh dianoia adalah pengetahuan yang dimiliki oleh seorang ilmuwan tentang teori Fisika umum yang menjelaskan cara kerja TV. Pengetahuan dianoia adalah pengetahuan tentang hukum-hukum yang bersifat tetap, membatasi dan mengontrol perilaku benda-benda tertentu. Contoh pengetahuan dianioa ialah matematika.

(d). Noesis. Noesis adalah pengetahuan yang memiliki kepastian yang benar, yaitu: kepastian bahwa kita tahu, dan kombinasi antara teori dan data menghasilkan pengetahuan yang baik. Noesis membantu kita menemukan hipotesis terbaik yang lulus uji coba. Lalu ia menjadi teori. Sehingga noesis mencari ideal kejelasan, universalitas dan kesederhanaan. Pemahaman noesis diperoleh dengan cara perpektif pribadi, perspektif umum dan perspektif teoritis.

(e). To Agathon. Objek tertinggi dari noesis adalah forma kebaikan. To Agathon merupakan forma yang berkaitan dengan nilai dan merupakan daya tarik bagi forma-forma lain serta mampu menenun kepingan realitas menjadi keterkaitan sistematik. Pengetahuan tentang kebaikan adalah ultimo, akhir dari semua jenis pendidikan.

Forma Kebaikan pasti ada di dalam semua benda sehingga benda-benda tersebut memiliki nilai, membuat manusia ingin memiliki benda-benda tersebut, dan ingin mengetahuinya.  Pembagian program belajar bagi anak-anak menurut paradigma Plato ini telah dilaksanakan oleh semua negara lebih dari 2000 tahun sejak zaman Plato. Sehingga model pemikiran Plato tentang pendidikan adalah model pemikiran abadi yang mungkin akan berlaku selamanya.  (*).

Sumber:

(1). Platon, Politeia in Thomas Alexander Szlezk: Die Idee des Guten in Platons Politeia, Sankt Augustin 2003

(2). Giovanni R. F. Ferrari. Cambridge Companion to Plato's Republic, Cambridge/New York 2007.

(3). Wicaksono, Dirgantara. (2013). Plato: Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan.Di Sini, diakses pada 27 Juli 2020.

(4). Pemikiran Filosof Yunani Klasik (Pokok Pikiran Sokrates, Plato dan Aristoteles). http://staffnew.uny.ac.id, diakses pada 27 Juli 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun