Dengan mengutip Sokrates, gurunya, Plato menjelaskan 4 level pengetahuan berdasarkan tingkat kejelasan, yaitu:
(a). Eikasia/Kasak-Kusuk dan Fiksi. Pada bagian ini, pengetahuan bertumpu pada imaginasi, termasuk di dalamnya: ceritera, mitos dan kasak-kusuk dan opini yang tergesa-gesa. Bagi Plato, mengetahui itu lebih dari sekedar memiliki bayangan yang terjadi di kepala. Eikasia memiliki kualitas subjektif yang personal. Eikasia adalah urutan terendah dalam tingkatan pengetahuan. Namun image dan mitos tidak serta merta dicampakkan.
(b). Pistis. Pistis adalah keyakinan berdasarkan keterampilan praktis. Â Hal demikian adalah keyakinan yang bisa dibuktikan dengan uji coba. Pistis dibedakan dari imajinasi individual. Pistis adalah level teknik, level di mana orang dapat mengetahui tentang cara kerja benda-benda. Â Pengetahuan praktis atau pistis ini disebut empeira, yaitu: pengetahuan yang didapatkan lewat pengalaman praktis yang ditemukan dalam analogi perumpamaan tentang gua.
(c). Dianoia. Dianoia lebih tinggi dari pengetahuan tentang" tahu bahwa" dan "tahu bagaimana". Contoh dianoia adalah pengetahuan yang dimiliki oleh seorang ilmuwan tentang teori Fisika umum yang menjelaskan cara kerja TV. Pengetahuan dianoia adalah pengetahuan tentang hukum-hukum yang bersifat tetap, membatasi dan mengontrol perilaku benda-benda tertentu. Contoh pengetahuan dianioa ialah matematika.
(d). Noesis. Noesis adalah pengetahuan yang memiliki kepastian yang benar, yaitu: kepastian bahwa kita tahu, dan kombinasi antara teori dan data menghasilkan pengetahuan yang baik. Noesis membantu kita menemukan hipotesis terbaik yang lulus uji coba. Lalu ia menjadi teori. Sehingga noesis mencari ideal kejelasan, universalitas dan kesederhanaan. Pemahaman noesis diperoleh dengan cara perpektif pribadi, perspektif umum dan perspektif teoritis.
(e). To Agathon. Objek tertinggi dari noesis adalah forma kebaikan. To Agathon merupakan forma yang berkaitan dengan nilai dan merupakan daya tarik bagi forma-forma lain serta mampu menenun kepingan realitas menjadi keterkaitan sistematik. Pengetahuan tentang kebaikan adalah ultimo, akhir dari semua jenis pendidikan.
Forma Kebaikan pasti ada di dalam semua benda sehingga benda-benda tersebut memiliki nilai, membuat manusia ingin memiliki benda-benda tersebut, dan ingin mengetahuinya.  Pembagian program belajar bagi anak-anak menurut paradigma Plato ini telah dilaksanakan oleh semua negara lebih dari 2000 tahun sejak zaman Plato. Sehingga model pemikiran Plato tentang pendidikan adalah model pemikiran abadi yang mungkin akan berlaku selamanya.  (*).
Sumber:
(1). Platon, Politeia in Thomas Alexander Szlezk: Die Idee des Guten in Platons Politeia, Sankt Augustin 2003
(2). Giovanni R. F. Ferrari. Cambridge Companion to Plato's Republic, Cambridge/New York 2007.
(3). Wicaksono, Dirgantara. (2013). Plato: Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan.Di Sini, diakses pada 27 Juli 2020.