Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ideal Pendidikan Menurut Plato

27 Juli 2020   08:59 Diperbarui: 4 Juni 2021   17:22 4793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hanya ketika mereka berusia lima puluh tahun, yakni mereka yang telah membuktikan diri mereka dalam kehidupan aktif maupun dalam sains, mereka memenuhi syarat untuk memahami gagasan tentang kebaikan dan sejak saat itu menjadi milik pemerintah.

Ide-Ide Platonis Tentang Pendidikan

Jika orang ingin belajar sistem pendidikan barat, Plato adalah tokoh sentral pendidikan barat. Ide-ide Plato adalah doktrin-doktrin hidup dalam sistem pendidikan barat. Dalam dunia modern, gagasan Plato masih tetap dipakai di hampir semua negara di dunia, teristimewa di AS dan Eropa. Metode diskusi dan dialog merupakan metode pendidikan hasil temuan Plato. Universitas sebagai pendidikan tinggi dengan menekankan pada sistem pengajaran dan riset adalah hasil pemikiran Plato. Sistem divisi sekolah mulai dari TK, SD, SMP dan PT adalah hasil temuan Plato.

Baca juga : Arti Baik Menurut Plato

Plato juga menemukan kombinasi antara pendidikan mental dan pendidikan fisik, serta pra riset. Menurut Plato, pada tingkat SLTP dan SLTA diberikan porsi pendidikan lebih banyak pada sains daripada humaniora. Sebelum seseorang melanjutkan ke spesialisasi peserta didik harus banyak mendapatkan pengetahuan umum.

Ide Plato yang sangat terkenal ialah pengetahuan tentang diri, tentang realisasi diri, tentang forma, tentang value (indah, berani, kebajikan, kebenaran). Nilai-nilai ini tunduk kepada Yang Baik.  

Bagi Plato, forma adalah karakteristik yang memberikan identitas pada sebuah benda, contohnya: kursi. Bagi Plato, forma bukan hanya merupakan bentuk/struktur, tetapi forma adalah keadaan ideal yang mengandung tingkatan nilai, contohnya: kursi karya A, lebih bagus dan indah dari kursi karya B. Semakin dekat kursi ke forma ideal, semakin baiklah kursi tersebut. Forma itu bersifat real, objektif, berada pada sebuah benda dan bukan merupakan rekaan pikiran manusia. Forma sebagai benda bersifat tetap, tidak berubah, sekalipun materinya diganti.

Forma-forma menjadi penyebab adanya nilai-nilai. Nilai-nilai membutuhkan sebuah forma yang membuat nilai tersebut berada dalam urutan koheren. Contohnya: keindahan/kecantikan, mensyaratkan pola organik, kebajikan mensyaratkan relasi harmonis antara kekuatan manusia dan kemampuannya, kebenaran mensyaratkan adanya koherensi sistematik dalam langkah-langkah pembuktian. Nilai-nilai keindahan, kebajikan dan kebenaran tunduk kepada Yang Baik/Kebaikan.

"Mengetahui' tidak bisa dibaca dari deskripsi objektif tanpa evaluasi, tindakan mengetahui harus mengikutsertakan elemen pencarian akan tujuan dan hal-hal ideal yang memberikan arti penting pada forma. Pertanyaannya: mengapa benda-benda terbentuk seperti itu? Bukan hanya bagaimanakah bentuk benda-benda itu? Jadi bagi Plato, nilai dan struktur adalah sama-sama penting atau antara deskripsi dan evaluasi adalah sama-sama penting.

Dialog-dialog Plato merupakan metode paling penting dalam pendidik sepanjang masa. Dialog atau diskusi adalah metode pendidikan yang paling efektif. Pola diskusi bukan adalah hal abstrak, tetapi harus menyata dan juga butuh praktek.

Dalam Politeia, Plato menyebut 4 tingkat dalam memahami sesuatu, yaitu: (1). Motivasi yang membutuhkan entusiasme atau keinginan untuk mengetahui, (2). Eksperimentasi (perasaan subjektif, pengalaman orang lain dan publik), (3). Generalisasi (mencari hukum-hukum dan teori), (4). Pengenalan akan forma (Ideal nilai/evaluasi).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun