Logika "clara", dapat diibaratkan seseorang yang mengatur rumahnya dengan baik, menyapu bersih segala kotoran dan debu, menyingkirkan sarang laba-laba, menunjukkan hukum-hukum dan patokan-patokan tepat. Bahasa dengan logika tautologis harus dinyatakan bersih dari semua kontradiksi agar tidak sesat.
Tujuan dari belajar filsafat ialah agar manusia mendapatkan pengertian atau definisi secara jelas, terang dan konkret mengenai dunia dan persoalannya. Hal-hal "distincta" berarti bahwa hal-hal itu unik, otonom dan berbeda dari yang lain namun memiliki relasi dengan yang lain sebagai satu dunia yang bersih, yang oleh Whitehead disebut objective diversity. Prinsip "distincta" tidak mengenal jalan tengah.
Menurut Parmeneides, intelektual membuka kebenaran. Para Stoici mengatakan bahwa intelek adalah sumber kebahagiaan. Sedangkan Aristoteles mengatakan intelek adalah mahkota kodrat manusia. Pada akhirnya manusia dihargai dari segi keaslian berpikir, kebebasan dan kreativitasnya termasuk kreativitas cara berpikir, bertutur kata dan bertingkah laku sesuai dengan kondisi, waktu dan tempat. (*).
Sumber:
(2). Fernandez, Osias, Stefanus. (1987). Citra Manusia Budaya Timur dan Barat. Ende: Nusa Indah.
(3). Huijbers, Theo, Dr. (1990). Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah. Jakarta: Kanisius.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H