Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pendidikan Membentuk Akal dan Rasa di Sepanjang Zaman

9 Mei 2020   21:27 Diperbarui: 9 Mei 2020   21:53 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
hdwallpapersack.com

Di zaman kini, jejak-jejak peradaban tinggi masih tetap terendus dalam bentuk rasa-pancaindra. Jika mendapatkan kata-kata penghinaan, manusia normal merasa sakit hati. Lalu ia memprotes dan mengeluarkan unek-unek sampai kembali pulihnya keteraturan sosial.

Menurut Plato, 'rasa' pada manusia berada dalam dunia ideal. Dunia ideal ialah dunia tak kelihatan atau dunia sempurna. Plato membedakan gejala (fenomena) dengan dunia ideal. Gejala (fenomena) ialah dunia kelihatan (tidak sempurna). Sedangkan dunia ideal ialah dunia tak kelihatan (sempurna). Dunia sempurna diperoleh dari pengertian (theoria). Dunia ideal diciptakan oleh Budi Ilahi.

Dalam teorinya tentang dualisme antara jiwa dan badan manusia, Plato menegaskan bahwa rasa adalah bagian penting pada jiwa manusia. Menurut Plato, badan manusia adalah material yang harus mati. Sedangkan jiwa manusia bersifat ilahi dan tak dapat mati.

Cuplikan sebuah syair lagu: "Indonesia, jiwa-ragaku". Kalimat ini mengambil inspirasi dari ajaran Plato tentang teori keadilan negara sesuai keadaan jiwa manusia. Sehingga "Indonesia, jiwaku" dipahami sebagai: Jika jiwaku merasa aman dan harmonis, maka Indonesia merasa aman dan harmonis juga. 

Menurut Plato, pengertian dari aturan negara yang adil dapat dipelajari dari aturan yang baik dari jiwa manusia (jiwaku). Jiwa manusia terdiri atas 3 bagian, bagian pikiran (logistikon), bagian perasaan dan nafsu, baik psikis maupun jasmani (epithumetikon) dan bagian rasa baik dan jahat (thumoeides). 

Jiwa manusia teratur secara baik jika terjadi kesatuan harmonis dalam batas yang adil dan seimbang antara 3 tingkatan jiwa. Hal ini terjadi jika rasa nafsu ditundukkan akal budi melalui rasa baik dan jahat. Jadi tingkatan tertinggi dalam jiwa manusia ialah pikiran (logistikon). Rasa nafsu berada pada tingkat kedua dalam jiwa. Pikiran (logistikon) mempertimbangkan rasa nafsu terhadap hal-hal menurut kadar berharga, bermakna, penting dan bernilai.

Murid Plato paling terkenal, Aristoteles mengatakan bahwa akal budi merupakan bagian dari jiwa intelektif yang punya hubungan dengan dunia materi dan dunia rohani. Sehingga Aristoteles menggolongkan akal budi atas 2 yakni akal budi pasif dan akal budi aktif. Akal budi pasif berhubungan dengan materi, sedangkan akal budi aktif berhubungan dengan rohani, ilahi dan murni. Akal budi aktif memiliki 2 tugas yakni: pertama, memandang ilahi untuk mencari pengertian teoritis tentang benda-benda/makhluk-makhluk. 

Bidang ini membutuhkan ketelitian, kebijaksanaan dan melibatkan ilmu-ilmu empiris seperti: fisika, biologi, psikologi, dll. Kedua, membimbing hidup praktis. Tugas ini membutuhkan: keberanian, keadilan dan kesederhanaan. Pada akhirnya akal budi menuntun manusia untuk mencapai kebahagiaan.

Tapi kebahagiaan tidak dicapai hanya dengan memiliki keutamaan-keutamaan teoritis dan praktis saja. Menurut Aristoteles, selain keutamaan-keutamaan teoritis dan praktis, kebahagiaan juga butuh syarat-syarat tambahan, seperti: orang berkembang sebagai pribadi, memiliki barang dan memiliki hal-hal yang berguna, seperti: kesehatan, kesejahteraan, paras tampan/cantik, dll. Juga orang harus hidup bersama dalam polis sebagai warga.

Dalam pendidikan, akal budi harus dimajukan agar dapat menundukkn dan membimbing 'rasa'. Akal budi mengutamakan pilihan terhadap hal-hal yang berharga. Dengan akal budinya, manusia dapat mencipta benda-benda yang berguna dan menyenangkan. Akal budi seni adalah kemampuan akal pikiran manusia menciptakan benda-benda yang memiliki sifat menyenangkan dan berguna. Juga sifat indah sesuai dengan situasi harmonis, persatuan dan rukun.

Benda-benda berguna dan penting itu perlu indah dan menyenangkan sehingga selalu menarik perhatian banyak orang, bukan hanya seni tari, seni musik, seni lukis dan seni patung. Jiwa yang menyenangkan dapat membentuk benda/materi menjadi indah dan menyenangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun