Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Norbert dari Belu NTT

7 Agustus 2017   18:29 Diperbarui: 7 Agustus 2017   18:38 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kisah Norbert, Si Pengojek

      Norbet ialah seorang pengojek yang tidak terkenal.Namanya tidak disebutkan. Maklumlah dia hanyalah putera dari seorang petani sederhana dari sebuah dusun terpencil di Timor-NTT. Dia sering mangkal di terminal Salore-Naitimu-Belu-NTT. Suatu siang tanpa sengaja saya memanfaatkan jasa ojeknya. Di tengah jalan, ia menceriterakan suatu hal yang membuat saya tertarik akan jalan hidupnya di suatu siang. Norbert (24 tahun) tahun menceriterakan bahwa dia baru pulang dari Jawa. Selama masa anak-anak dan remaja dia hidup di sebuah Panti Asuhan di sana, hidup dari bantuan orang. Pagi-pagi, ia bersama penghuni Panti Asuhan itu pergi ke sekolah mulai dari SD hingga PT. Setelah tamat S1 ekonomi, ia memilih pulang ke rumah menengok keluarganya di dusun Salore-Naitimu-Belu-NTT.

     Nasib pemuda Norbert seperti para wanita di bawah umur dari Timor-NTT yang bekerja sebagai pembantu RT di Malaysia. Bedanya Norbert diambil paksa dari rumah orang tuanya sejak umur SD. Saat itu dia bersama teman-teman sebayanya menjual telur rebus setiap hari cabang Salore kepada para penumpang mobil yang berhenti sementara di jalan raya. Diam-diam seorang imam projo Katolik dari Keuskupan Atambua (KA) membuntuti Norbert kecil hingga menemui Norbert ke rumah orang tuanya di Salore.

     Kepada kedua orang tua Nobert kecil, sang romo meminta untuk mengasuh dan menyekolahkan Norbert kecil hingga S1. Kedua orang tua Norbert kecil setuju. Setelah itu Nobert di bawapergi oleh sang romo itu. Bulan-bulan pertama romo masih memelihara Norbet kecil  di pastoran tempat tinggalnya. Beberapa bulan kemudian Norbert kecil dikirim ke sebuah panti asuhan di Jawa. Di panti asuhan itu, Norbert kecil dibuatkan surat-surat palsu sebagai anak terlantar agar bisa hidup dan masuk di sebuah Panti Asuhan milik sebuah tarekat suster di Jawa dan mendapatkan bantuan layaknya anak-anak terlantar. Norbet kecil tahan diperlakukan sebagai anak terlantar hingga tamat sarjana ekonomi.

     Suatu siang, ia tersadar kembali dan ingat rumah orang tuanya yang telah ia tinggalkan hampir 17 tahun lalu. Ia ingat ayah dan bundanya yang meskipun miskin tetap hidup bersahaja dan terhormat dengan mengolah lahan pertanian milik neneknya. Ingatkannya kembali kepada masa silam saat ia berpisah dengan diiringi tangisan piluh ibunya. Ia ingin pulang ke rumahnya.

     Kesempatan itu dia dapatkan setelah pengumuman ujian akhir S1 di mana Norbet kecil dinyatakan lulus S1 ekonomi. Tanpa mengurusi ijazahnya ia pulang kembali lalu bertemu dengan kedua orang tua dan saudara-saudarinya yang masih hidup dan selamat. Ia pulang ke rumah dengan dibantu oleh seorang penduduk asal Timor-NTT dengan uang secukupnya untuk pulang.

     Tangisan kebahagiaan pecah dalam rumah Norbert di Salore saat Norbert tiba kembali dalam rumah orang tuanya. Kini Norbert mengisi kehidupannya dengan menjadi pengojek motor. Ia bertekad mau kembali ke Panti Asuhan itu untuk mengambil Ijazah S1 Ekonomi yang tertinggal di sana ke rumah orang tuanya.

Memetik Hikmah Dari Kasus Norbert dari Salore

      Banyak pengalaman iman patut dipetik dari Norbert. Dalam keheningan telah banyak orang terpaksa harus menjadi seperti Norbert-Norbet kecil di tanah air ini. Mereka terpaksa harus meninggalkan keluarganya dan mengakui kebenaran surat-surat palsu yang dibuatkan kepadanya demi hidup di panti-panti Asuhan sebagai anak-anak terlantar demi nafkah dan demi mendapatkan biaya untuk pendidikan.

     Kita dapat belajar dari kasus Norbert ini bahwa tidak semua penghuni panti asuhan ialah anak-anak terlantar. Mereka hanya merupakan korban-korban dari betapa kita tidak memberi dan membagi cinta secara benar.

     Karena tindakan kasih kita belum benar diwujudkan, banyak anak-anak normal terpaksa harus menyamar untuk masuk Panti Asuhan demi mendapatkan bantuan dana pendidikan. Dana BOS yang melimpah bukan dipakai untuk membantu para siswa/i yang berkekurangan namun dipakai untuk berpesta dan kegiatan-kegiatan yang tak ada hubungan dengan peningkatan pendidikan para siswa/i yang membutuhkan dana pendidikan itu sendiri. Kejamnya manusia kalau dana BOS dikorupsi demi kesenangan dan pesta-pesta.

     Pengalaman kegagalan menunjukkan kita masih belum memiliki kehidupan cinta yang luar biasa. Kita masih miskin melakukan kegiatan amal untuk panti-panti asuhan, gereja, barak pengungsian, rumah sakit dan penjara-penjara. Dunia kita masih akrab dengan amarah, dendam, permusuhan dan dengki. Seandainya dunia kita selalu akrab dengan kasih, kebaikan dan kemurahan hati maka kita akan menuai kebaikan dan cinta dalam kehidupan ini.

     Kita harus peduli bagi kesulitan orang di sekitar kita dan  berbagi kasih dalam bentuk perhatian dan materi untuk mereka. Mereka adalah orang-orang yang menderita dan membutuhkan perhatian, adalah tampilan Yesus sendiri di abad ini bagi umat manusia. Mereka harus diberikan bantuan, pertolongan dan harapan untuk membangun masa depan mereka sendiri yang lebih baik. Kalau kita membagi kasih kepada orang-orang menderita, maka kita akan disebut sebagai orang yang berbahagia...

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun