Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat.Roasters Giveaway 2024.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makna Temuan-temuan Kuno, Antara Indirect Relationship dan "Warisan" Nasional dan Dunia

26 Juni 2017   12:32 Diperbarui: 26 Juni 2017   13:49 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berdasarkan gagasan Zollikofer (Johan von Mirbach, Der Homo Naledi: Wissenschaftsensation oder nur grosse show? Dalam www.dw.de pada 11 September 2015) jugalah saya memahami pelbagai penemuan tradisi tulisan dan benda-benda prasejarah. Itu adalah hubungan tidak langsung (indirect). Artinya sebagai bangsa, semua orang Indonesia merasa memiliki pelbagai situs warisan prasejarah dan situs sejarah yang ditemukan di bumi Indonesia. Apalagi bahasa sebagai wujud pertama dari tradisi tulisan itu sudah mulai sulit terbaca. Lagi pula lokasi-lokasi prasasti tulisan itu sering berpindah-pindah tempat karena dijual, dibawa orang, berganti pemilik, dll.

Hal yang sama terjadi dengan kita Nagarakretagama karya Empu Prapanca dari kerajaan Majapahit yang ditemukan bukan di keraton Majapahit namun di keraton raja Lombok. Artinya kitab warisan tulisan itu sering berpindah-pindah lokasi. Hal itu berarti bahwa penduduk sekitar atau individu tempat di mana penemuan benda-benda kuno sering memang jelas tidak ada hubungan langsung dengan pembuat benda-benda kuno itu, tidak punya hubungan keturunan atau nenek moyang langsung secara biologis dengan penulis atau ‘pencipta’ benda-benda kuno yang dimaksud. Sebaliknya pewaris paling benar ialah keturunan Empu Prapanca sebagai pengarang buku kuno itupun sulit terlacak bahkan tidak ada lagi. Empu Prapanca mewariskannya kepada generasi manusia di seluruh dunia semuanya tanpa kecuali.

Jadi barang-barang kuno yang ditemukan itu mungin dibuat di lokasi tempat penemuannya, mungkin dibuat ditempat lain seperti di India atau di negeri China dan negara-negara Arab lalu di bawa ke suatu wilayah karena alasan perdagangan atau dibawa begitu saja sebagai kenang-kenangan.

Tetapi kita yakin bahwa meskipun tidak punya hubungan nenek moyang langsung secara biologis dengan penduduk sekitar, namun apabila sebuah prasasti atau kitab kuno ditemukan di suatu lokasi dalam jangka waktu yang lama, maka ada kemungkinan di sekitar lokasi itu sudah mulai mengenal adanya tradisi tulisan yang dianut oleh penduduk di sekitarnya secara tidak langsung. Jadi temuan-temuan benda kuno baik dalam bentuk kitab beraksara, prasasti atau benda-benda purbakala ialah warisan nasional dan warisan dunia tentu perlu dilakukan berbagai tahab-tahaban yang benar secara rasional dan diakui dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun