Sama halnya dengan Kios-Kios di Jerman, Kios-Kios di Indonesia berjuang untuk eksisitensi mereka. Mereka menghadapi berbagai kendala. Kepada Media Http://DW.de, Profesor Sabine Moeller, seorang Guru Besar Ekonomi Pemasaran Jerman berpendapat bahwa Kios-kios memiliki 2 kecenderungan besar, Pertama, terdapat berbagai Kios yang semakin tidak populer, Kedua, ada keengganan para pelanggan tetap untuk mau membeli dan melakukan pembelian dalam jumlah besar. Biasanya mereka membeli dalam jumlah kecil. Selain itu, kurangnya promosi menjadi faktor bangkrutnya Kios-Kios. "Siapapun yang memiliki kemampuan untuk mempromosikan Kios-Kios yang memiliki fitur unik akan bertahan di pasaran", kata  Prof. Sabine Moeller. Senada dengan hal itu, Prof. Arne Worderwuelbecke dari Institut Kajian Ekonomi, Budaya dan Geografi pada Universitas Hannover, Jerman mengatakan melalui Media Online Http://DW.de bahwa para pemilik Kios umumnya tidak memiliki kiat-kiat baru untuk sukses. Oleh karena tidak memiliki kiat-kiat baru maka Kios-Kios akhirnya beresiko untuk tutup atau bangkrut. Padahal kiat-kiat baru untuk pengembangan Kios amat penting untuk Kios bisa survive di pasaran.
Kios Sherly merupakan salah satu Kios dari jutaan Kios di Indonesia. Kios-Kios di Indonesia selalu bergulat dengan eksistensi mereka: mati segan, hidup tak mau. Mereka memiliki banyak kendala antara lain persaingan di antara para pemilik Kios di Terminal, krisis ekonomi, biaya retribusi bulanan untuk keamanan, kebersihan dan sewa tanah. Mereka juga terancam untuk digusur oleh petugas bila dianggap mengganggu situasi kota. Selain kendala-kendala itu, Kios-kios di Indonesia masih minim promosi. Pada umumnya mereka berjuang tanpa promosi sehingga kurang terkenal di antara para pembeli.
Senada- dengan Prof Arne Vorderwuelbecke, kita yakin bahwa para pemilik Kios-Kios di Indonesia masih belum memikirkan kiat-kiat atau strategi baru untuk menyelamatkan dan mengembangkan usaha mereka. Barang-barang dagangan yang monoton dan tidak memiliki produk andalan atau fitur unik menjadi penyebab mandeknya Kios-Kios. Itu semua merupakan tantangan untuk menjadikan Kios-Kios di Indonesia terus berjuang untuk hidup.  Lebih lanjut Prof Sabine Moeller, seperti yang ditulis dalam Media Online Http://DW.de mengatakan bahwa meskipun ada gejala yang menunjukkan titik suram bagi para pengelola Kios-Kios, namun sebaiknya tidak boleh panik. Selalu ada harapan, teristimewa bahwa masih ada pendapat umum yang mengatakan bahwa Kios-Kios masih sebagai alternatif pilihan utama publik untuk membeli selalu ada. Basis pelanggan yang kuat akan sangat menentukan masa depan Kios. Sebuah basis pelanggan tetap atau pembeli tetap yang solid dan kuat akan terus membantu para usahawan/wati Kios. Kios Sherly sendiri memiliki basis pelanggan yang solid. Para pelanggan Kios itu merupakan para pekerja yang selalu datang selain untuk berbelanja berbagai kebutuhan di Kios namun juga untuk menyantap makanan di warung makannya. Dalam kesuraman, harapan selalu ada....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H