Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kios-Kios Indonesia: Mati Segan, Hidup Tak Mau

5 Maret 2014   00:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:14 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sama halnya dengan Kios-Kios di Jerman, Kios-Kios di Indonesia berjuang untuk eksisitensi mereka. Mereka menghadapi berbagai kendala. Kepada Media Http://DW.de, Profesor Sabine Moeller, seorang Guru Besar Ekonomi Pemasaran Jerman berpendapat bahwa Kios-kios memiliki 2 kecenderungan besar, Pertama, terdapat berbagai Kios yang semakin tidak populer, Kedua, ada keengganan para pelanggan tetap untuk mau membeli dan melakukan pembelian dalam jumlah besar. Biasanya mereka membeli dalam jumlah kecil. Selain itu, kurangnya promosi menjadi faktor bangkrutnya Kios-Kios. "Siapapun yang memiliki kemampuan untuk mempromosikan Kios-Kios yang memiliki fitur unik akan bertahan di pasaran", kata  Prof. Sabine Moeller. Senada dengan hal itu, Prof. Arne Worderwuelbecke dari Institut Kajian Ekonomi, Budaya dan Geografi pada Universitas Hannover, Jerman mengatakan melalui Media Online Http://DW.de bahwa para pemilik Kios umumnya tidak memiliki kiat-kiat baru untuk sukses. Oleh karena tidak memiliki kiat-kiat baru maka Kios-Kios akhirnya beresiko untuk tutup atau bangkrut. Padahal kiat-kiat baru untuk pengembangan Kios amat penting untuk Kios bisa survive di pasaran.

1393951526695831003
1393951526695831003
Di tengah-tengah persaingan ekonomi, Sherly tampak masih bisa tersenyum

Kios Sherly merupakan salah satu Kios dari jutaan Kios di Indonesia. Kios-Kios di Indonesia selalu bergulat dengan eksistensi mereka: mati segan, hidup tak mau. Mereka memiliki banyak kendala antara lain persaingan di antara para pemilik Kios di Terminal, krisis ekonomi, biaya retribusi bulanan untuk keamanan, kebersihan dan sewa tanah. Mereka juga terancam untuk digusur oleh petugas bila dianggap mengganggu situasi kota. Selain kendala-kendala itu, Kios-kios di Indonesia masih minim promosi. Pada umumnya mereka berjuang tanpa promosi sehingga kurang terkenal di antara para pembeli.

13940205911704233051
13940205911704233051
Warung makan di Kios Sherly Bui, ada gambar-gambar dinding

Senada- dengan Prof Arne Vorderwuelbecke, kita yakin bahwa para pemilik Kios-Kios di Indonesia masih belum memikirkan kiat-kiat atau strategi baru untuk menyelamatkan dan mengembangkan usaha mereka. Barang-barang dagangan yang monoton dan tidak memiliki produk andalan atau fitur unik menjadi penyebab mandeknya Kios-Kios. Itu semua merupakan tantangan untuk menjadikan Kios-Kios di Indonesia terus berjuang untuk hidup.  Lebih lanjut Prof Sabine Moeller, seperti yang ditulis dalam Media Online Http://DW.de mengatakan bahwa meskipun ada gejala yang menunjukkan titik suram bagi para pengelola Kios-Kios, namun sebaiknya tidak boleh panik. Selalu ada harapan, teristimewa bahwa masih ada pendapat umum yang mengatakan bahwa Kios-Kios masih sebagai alternatif pilihan utama publik untuk membeli selalu ada. Basis pelanggan yang kuat akan sangat menentukan masa depan Kios. Sebuah basis pelanggan tetap atau pembeli tetap yang solid dan kuat akan terus membantu para usahawan/wati Kios. Kios Sherly sendiri memiliki basis pelanggan yang solid. Para pelanggan Kios itu merupakan para pekerja yang selalu datang selain untuk berbelanja berbagai kebutuhan di Kios namun juga untuk menyantap makanan di warung makannya. Dalam kesuraman, harapan selalu ada....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun