Mohon tunggu...
john brata
john brata Mohon Tunggu... Captain Pilot / Purnawirawan Perwira Penerbang POLRI - .

Lahir di Bogor tanggal 08 Februari 1941

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Pendaratan Buta di Rawa-rawa

27 Agustus 2020   08:04 Diperbarui: 29 Agustus 2020   11:45 2068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pesawat | Photo by Sam Balye on Unsplash

Capt. John Brata

Tanggal 20 Agustus 1979 tengah hari, saya tinggal landas dari Bandara Seletar Singapura menuju Jakarta, lewat Palembang. Pesawat yang saya terbangkan Aero Commander 680 FL versi VIP, hibah dari Pelita Air Service kepada POLRI.

Pesawat baru selesai overhaul di Singapura selama 5 bulan. Saya sebagai Captain. Pangkat saya pada saat itu Kapten Polisi. Co-Pilot Letnan Satu Pol. Bambang Tjahjono, Teknisi Kapten Polisi S. Tangahu yang juga pilot helikopter.

Pagi hari pesawat sudah dilakukan test flight. Hasil overhaul semua OK. Pukul 14.00 waktu setempat pesawat tinggal landas. Dan semua OK sampai mendarat di Palembang pukul 1600 WIB.

Setelah istirahat pukul 17.00 kami siap menuju Jakarta. Tetapi pada waktu di start, mesin agak sulit. Dan akhirnya pukul 18.00 pesawat sudah OK dan tinggal landas menuju Jakarta dengan ketinggian terbang 7.500 kaki.

Menjelang pantai timur Sumatera, tiba-tiba mesin kanan mberebet lost power, kehilangan tenaga sedikit, tetapi akhirnya mesin mati. Saya putuskan kembali ke Palembang. 

Teknisi saya menyarankan untuk terus saja ke Jakarta, karena masih bisa terbang rendah di atas laut. Tetapi saya mengikuti aturan rule bahwa kalau belum mencapai tengah perjalanan PET "point of equal time", maka harus RTB "return to base" balik kanan-terbang-loosing altitude.

Tiba-tiba mesin kanan ikut-ikutan mberebet juga. Wah mulai berkeringat dingin, sebab pesawat mulai turun loosing altitude. Saya mencoba menghidupkan mesin kiri kembali.

Dan berhasil, tetapi hanya sekian menit, kemudian mulai ngadat lagi. Saya instruksikan Co-Pilot saya untuk memberitahu ATC Palembang bahwa kami dalam keadaan emergency, kehilangan ketinggian. Posisi sekitar 100 KM dari Palembang dan akan melakukan pendaratan darurat.

Sementara itu segala check list sudah di baca dan dilaksanakan. Waktu sudah lewat Maghrib dan langit gelap. Pesawat saya arahkan ke suatu tempat di darat yang kelihatan lampu-lampu.

Tujuan saya akan mendarat darurat di sekitar pemukiman, agar nanti dapat cepat mendapat pertolongan. Saat itu radar belum kita miliki. Jadi posisi hanya berdasarkan perkiraan kalkulasi saja, kira-kira di selatan Palembang.

Co-Pilot saya instruksikan baca check list emergency. Dia bertanya, di mana akan mendarat? Saya menjawab perkiraan kita akan mendarat di sekitar rawa-rawa.

Saya bilang, kalau kita mendarat di rawa-rawa, mungkin masih hidup. Tetapi kalau di hutan, matilah kita. Saya berkata: "Doa saja kamu ya!" Sambil deg-degan tapi berusaha kalem, saya berdoa: "Bapa Kami, Tangahu yang Protestan juga "Bapa kami"

Saya terus berusaha menghidupkan mesin, sambil ngomong: Diamput! (maaf kebiasaaan pernah di penddikan Al Morokjrembangan masih suka terbawa!) Saya tujukan pesawat ke atas di tempat yang keliatan lampu-lampu, saya menghidupkan lampu pendaratan. Pesawat hampir saja membabat pohon kelapa. Untung lolos.

Dan pesawat mendarat keras persis di rawa-rawa. Pendaratan buta dalam cuaca gelap itu sebenarnya cukup OK. Hanya saja di tengah rawa ada gundukkan sampah-sampah yang sudah jadi tanah dan sialnya gundukkan tanah itu tidak mau minggir! Dan pada saat crash kira-kira kecepatan pesawat masih di atas 100 KM!.

Benturan cukup keras. Muka saya menghantam dashboard dan seketika lupa. Untung tidak pingsan. Saya bertanya setengah sadar: "Bang di mana kita nih?" Co-Pilot saya Bambang dia sadar dan bisa memegang sesuatu pada saat benturan.

Dia menjawab: "Kita sudah mendarat!" Saya bertanya konyol: "Kita belum mati? " Bambang menjawab: "Belum Kang. Tapi nggak tahu di mana!" Saya baru sadar penuh. Saya berteriak: "Matikan listrik!" Lalu kita matikan semua peralatan yang berbahaya yang memungkinkan kebakaran.

BBM pesawat Avigas dan semua macam BBM bisa menyebabkan kebakaran hebat. Sementara kami masih terjebak di dalam pesawat. Saya baru sadar bahwa saya tidak bisa bergerak! Dan sakit luar biasa di pinggang. 

Ternyata tulang belakang saya nomor 7 dan 8 retak! Dan melesat masuk 3 cm. Akibatnya saya kehilangan tinggi badan dari 175 cm menjadi 172 cm. Dan ini menjadi ledekan adik-adik saya, yang rata-rata tingginya 180 cm.

Setelah crash saya tidak bisa teriak karena cedera tulang belakang itu. Sayup-sayup saya mendengar suara generator. Jadi kami yakin sudah mendarat di dekat kampung dan di rawa-rawa yang untuk tidak dalam.

PERTOLONGAN
Kami yakin pertolongan akan cepat datang dan mereka akan bawa obor, maka saya pesan ke Bambang agar berteriak untuk mematikan obor. Bau bensol bahan bakar pesawat sudah tercium. 

Sementara itu teknisi kami mungkin tidak memakai seatbelt badannya membentur seat saya dan dia luka parah di dalam. Kemudian ternyata paru-paru kirinya hancur.

Dia teriak-teriak kesakitan. Dan meninggal setelah mengalami gejala seperti orang kedinginan. Dan saya sadar bahwa dia sedang meregang nyawanya. Saya berdoa: "Bapa Kami.. " sambil memegang kepalanya. Dan Bambang membaca: Inalilllahi wa inaillahi rojiun.

Sambil menunggu pertolongan saya menganalisa satu-satunya jalan keluar dari jendela yang berada di sebelah kiri saya. Kebetulan ada retakan. Karena tidak menemukan kampak, believe or not saya pukuli dengan tangan kosong.

Rupanya inilah gunanya seperti persiapan. Sejak kelas 5 SR tiap pagi, saya selalu pukuli karung goni berisi pasir dan biasa berlatih 3s/d5 tumpukan bata. Saya hajar mesti remuk. Ini juga yang mencegah saya tidak mau memukul siapa saja. Dan usaha saya berhasil.

Dashboard pecah! Dan saya mencoba keluar. Baru setengah badan keluar, saya melihat sekitar 20 meter ada obor dari perahu. Saya berteriak agar mereka mematikan obor. Sebab kalau sampai kebakaran, sisa BBM yang tersebar ada 1000 liter. 

Bisa-bisa se kampung hangus dan badan saya bisa menjadi steak minus mustard. Akhirnya saya bisa ditolong dibaringkan di perahu, yang lebarnya hanya 50 cm. Kemudian dengan menggunakan kampak orang-orang berusaha memecahkan dashboard untuk mengeluarkan Co-Pilot saya Bambang.

Kami dibawa ke kampung penduduk. Untunglah ada dokter Patriot Muslim. Dia menjahit dahi saya 16 jahitan tidak pakai obat bius. Dokter berkata hasil "bordiran" di dahi saya meninggalkan codet. Ini membuat muka saya menjadi semakin tidak punya nilai jual deh. Haha! Akibat cedera pinggang saya harus digips plus di kaki kiri.

Di rawat selama 11 hari. Tetapi pada bulan November tahun itu juga, saya sudah fit kembali. Saya masih ingat yang merelease saya terbang kembali Dokter Penerbangan Flight surgeon Suroso sistim "cicilan". 

Mula-mula diizinkan terbang seminggu, di medical check kembali. Lalu di release sebulan, tiga bulan dan terakhir beliau bilang: sudah kamu terbang aja. Kamu tuh Pilot gila. Masa tulang belakang berantakan gitu bisa sembuh kurang dari setahun! Kamu mesti berobat ke dukun nih! Hahaha. Saya bilang; Dok, dukun gue Gusti ALLAH.

Mungkin saya beruntung banget dapat selamat dari pendaratan buta. Selama ini tidak banyak yang beruntung ketika melakukan pendaratan buta. Teman-teman bilang: "Emang lu jago, bisa selamat!". Akhirnya saya selamat. Saya beruntung selamat, berkat TUHAN. Saya mempunyai motto: God is my Co-Pilot. 

Saya selalu belajar emergency procedure. Sesuatu yang harus dipelajari semua Pilot atau siapa saja. Sesuatu yang harus dipelajari dengan serius, tetapi mudah-mudahan tidak pernah akan digunakan. Dan saya diberkati TUHAN menyelesaikan tugas sebagai penerbang dan mengantongi 36.000 jam terbang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun