Mohon tunggu...
john brata
john brata Mohon Tunggu... Captain Pilot / Purnawirawan Perwira Penerbang POLRI - .

Lahir di Bogor tanggal 08 Februari 1941

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Pendaratan Buta di Rawa-rawa

27 Agustus 2020   08:04 Diperbarui: 29 Agustus 2020   11:45 2068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pesawat | Photo by Sam Balye on Unsplash

Dia teriak-teriak kesakitan. Dan meninggal setelah mengalami gejala seperti orang kedinginan. Dan saya sadar bahwa dia sedang meregang nyawanya. Saya berdoa: "Bapa Kami.. " sambil memegang kepalanya. Dan Bambang membaca: Inalilllahi wa inaillahi rojiun.

Sambil menunggu pertolongan saya menganalisa satu-satunya jalan keluar dari jendela yang berada di sebelah kiri saya. Kebetulan ada retakan. Karena tidak menemukan kampak, believe or not saya pukuli dengan tangan kosong.

Rupanya inilah gunanya seperti persiapan. Sejak kelas 5 SR tiap pagi, saya selalu pukuli karung goni berisi pasir dan biasa berlatih 3s/d5 tumpukan bata. Saya hajar mesti remuk. Ini juga yang mencegah saya tidak mau memukul siapa saja. Dan usaha saya berhasil.

Dashboard pecah! Dan saya mencoba keluar. Baru setengah badan keluar, saya melihat sekitar 20 meter ada obor dari perahu. Saya berteriak agar mereka mematikan obor. Sebab kalau sampai kebakaran, sisa BBM yang tersebar ada 1000 liter. 

Bisa-bisa se kampung hangus dan badan saya bisa menjadi steak minus mustard. Akhirnya saya bisa ditolong dibaringkan di perahu, yang lebarnya hanya 50 cm. Kemudian dengan menggunakan kampak orang-orang berusaha memecahkan dashboard untuk mengeluarkan Co-Pilot saya Bambang.

Kami dibawa ke kampung penduduk. Untunglah ada dokter Patriot Muslim. Dia menjahit dahi saya 16 jahitan tidak pakai obat bius. Dokter berkata hasil "bordiran" di dahi saya meninggalkan codet. Ini membuat muka saya menjadi semakin tidak punya nilai jual deh. Haha! Akibat cedera pinggang saya harus digips plus di kaki kiri.

Di rawat selama 11 hari. Tetapi pada bulan November tahun itu juga, saya sudah fit kembali. Saya masih ingat yang merelease saya terbang kembali Dokter Penerbangan Flight surgeon Suroso sistim "cicilan". 

Mula-mula diizinkan terbang seminggu, di medical check kembali. Lalu di release sebulan, tiga bulan dan terakhir beliau bilang: sudah kamu terbang aja. Kamu tuh Pilot gila. Masa tulang belakang berantakan gitu bisa sembuh kurang dari setahun! Kamu mesti berobat ke dukun nih! Hahaha. Saya bilang; Dok, dukun gue Gusti ALLAH.

Mungkin saya beruntung banget dapat selamat dari pendaratan buta. Selama ini tidak banyak yang beruntung ketika melakukan pendaratan buta. Teman-teman bilang: "Emang lu jago, bisa selamat!". Akhirnya saya selamat. Saya beruntung selamat, berkat TUHAN. Saya mempunyai motto: God is my Co-Pilot. 

Saya selalu belajar emergency procedure. Sesuatu yang harus dipelajari semua Pilot atau siapa saja. Sesuatu yang harus dipelajari dengan serius, tetapi mudah-mudahan tidak pernah akan digunakan. Dan saya diberkati TUHAN menyelesaikan tugas sebagai penerbang dan mengantongi 36.000 jam terbang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun