[caption caption="Ilustrasi - joki three in one menawarkan jasa. (Kompas.com)"][/caption]Persoalannya sederhana, memang 3 in 1 itu ada gunanya? Memang 3 in1 itu mampu  mencegah kemacetan? Apa tidak dipantau bahwa 3 in 1 itu cuma memindahkan kemacetan! Kenyataannya 3 in 1 itu sukses menciptakan lapangan kerja, para joki yang melanggar hukum. Main petak umpet, kucing-kucingan gak lucu. Hari ini dirazia, besok dibiarkan! Besok-besoknya lagi terjadi kejadian, bisa dianggap mengharukan, bisa dianggap lucu, bisa dianggap rada kejam, seret-menyeret ibu-ibu yang gendong anaknya (gak jelas anak benar anak kandung, anak tiri, anak saudara kandung, anak saudara tiri, anak tetangga ,anak-anakan yang disewa dan lain sebagainya).
Negara ini, negara yang aneh kayanya luar biasa. Hampir semua rakyatnya beragama, beneran atau cuma ece-ece ya terserah iman orang. Tanahnya subur, ke mana saja kita berjalan kita lihat banyak sekali  macam pohon-pohonan. Sungai-sungai "pating seliwer". Bandingkan kita jalan di Amerika Serikat, dari ujung ke ujung dari kota ke kota cuma pohon "pines" atau cemara. Cuma hebatnya "di sono" biar sekitarnya padang pasir pohon anggur apel tumbuh dengan subur. Air dialirkan lewat pipa-pipa bawah tanah. Juga di negara yang kita musuhi habis-habisan: Israel!
Ya untung Gusti Allah sayang dan mengasihi kita, musim cuma dua hujan dan kemarau! Coba di sini diberi jatah musim dingin plus salju, wuah TPU bakal penuh. Tukang peres di TPU yang bakal disikat Pak Ahok bakal bisa pakai CRV minimum!
Kadang-kadang tapi sering penulis berpikir, gak peduli dia beragama apa, tiap orang dihimbau memberi semacam zakat yang dikumpul tiap minggu 5 ribu rupiah. Gak usah semua penduduk tapi 100 juta aja. Hitung-hitungannya 100.000.000 X Rp 5000 X 48 minggu. Total 100.000.000. X 240.000 = 2.400.000.000.000. Nah tuh bagikan kepada penduduk yang tergolong miskin. Jumlah ini bukan APBD. Asumsikan tidak ada yang nyolong pklus bantuan sana sini hasil lainnya, lumayan tuh. Ya ini mah teori.
Kembali ke topik semula 3 in 1 dimaksudkan untuk mencegah  kemacetan "ala kadar"nya aja.
Kenyataannya tiap hari pagi siang-malam, malam banget juga berita di stasiun radio tetap jalan ini jalan itu macet. Â Sesungguhya kita-kita nih termasuk aparat yang kudunya bertanggung jawab kelancaran lalu lintas jalan "gak ngeuh" bila kemacetan itu lebih dari setengahnya" dibuat, terkondisikan sadar tidak sadar, sekali lagi dibuat muuuaaaaacet!
Ya bagaimana tidak akan macet bila terutama angkot mulai yang kecil yang gede seenaknya menaik-turunkan penumpang di sembarang tempat. EGP bila penumpang diturunin di tengah jalan, di perempatan jalan, di tikungan, di bawah tanda rambu dilarang berhenti dilarang parkir. EGP bila ada yang jatuh atau diserobot kendaraan lain, luka kek, mati kek kan bisa dibikin alasan: ah itu mah didorong rampok! Sebetulnya kejadian sehari-hari seperti ini mungkin akan sangat dianggap biasa. Lha para penumpangnya juga ikut "gombal" maunya berhenti di mana saja malah kalau bisa di depan pintu kakus rumahnya (kalo punya sih!).
Yang menjadi sedikit dianggap sedikit walau sebenarnya sih "terlalu" terjadinya persis di depan petugas. Petugas yang bertanggung jawab ya Polantas LLAJR malah cuek membiarkan pelanggaran ini terjadi. Apa karena bosan menegur menindak atau ada sesuatu kebijakan yang bisa bijak sana-sini atau hal lain yang jin saja gak tau. Hebatnya lagi kejadian seperti ini bisa, tidak jarang, biasa terjadi, persis di depan pos-pos penjagaan, di depan Sub Sektor bahkan di depan Markas Polres bahkan, hahaha di sekitar Semanggi juga di sekitar Balai Kota.
Nah yang hebat dan perlu diapresiasi justru yang peduli kebodohan-kebodohan pelanggaran lalu lintas ini terjadi adalah para personil Markas TNI. Ya misalnya di jalan depan Markas Marinir Jalan KKO Cilandak. Yang menertibkan kesemerawutan lalu lintas justru Provost Marinir, pagi dan sore. Mungkin marinir-marinir ini "gak enak" lihat kesemerawutan lalu lintas. Dan para pelanggar hebat konyol seperti pengendara sepeda motor "jerih: gak berani lawan arus bila ada Provost Marinir yang berdiri di jalan.
Sebenarnya sih mengapa polisi tidak mengerahkan para anggota yang korps apa saja, sehabis apel didrop di tempat-tempat semerawaut tempat ngetem di bawah leter S di tikungan di mana saja sopir-sopir yang perlu dimanusiakan itu beroperasi. Bantu petugas lalu lintas. Bila perlu pake pentungan dan gunakan sekali-sekali biar kapok.
Karena itu ya mungkin dari dulu 3 in 1 "lebay" gak perlu ada bila pelanggar-pelanggar lalu lintas yang rata-rata konyol itu ditertibkan. Yang jelas bukan tidak mungkin para pengendara sepeda motor dan angkot itu memgunakan jalan raya tanpa SIM plus perlengkapan surat kendaraan tidak dimiliki. Lihat saja bila di jalan ada razia kendaraan, wuaaahhh buaaanyak banget para pengendara sepeda motor balik arah ngacir ketakuitan seperti guguk yang kencing sembarangan takut dilempar batu.
Karena itu daripada 3 in 1 dijalankan yang banyak dimanfaatkan dan menjadi ajang pelanggaran peraturan, dihapus saja. Rasanya malu banget sebagai rakyat yang hidup di negara bebas, beragama, pakai dasar Pancasila lagi, terlihat adegan para joki yang ibu-ibu gendong anak, yang tua-tua, yang penampilan seperti preman untuk mengelabui menyikapi pengalihan pembenaran kesalahan, dikejar-kejar petugas, dipiting dan didorong seperti maling.
Masa sih bangsa kita yang selalu disanjung hebat, ramah, memiliki toleransi (walau asal asalan?) beragama, kok tidak taat peraturan! Kapan negara kita bisa disamakan seperti misalnya penduduk negera Selandia baru atau Kanada yang mampu jujur, bertoleransi yang bukan ece-ece, biasa menghargai sesama!?
Penerapan budaya disiplin, budaya antri, mawas diri, mau enaknya sendiri gaya preman gue berkuasa berani (kalau keroyokan!) tidak egois, perlu diimplementasikan dilaksanakan sesuai dengan iman kepercayaan bangsa yang ngaku beragama.
Semoga cinta kasih akan kembali bersemi di negara yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H