Mohon tunggu...
john brata
john brata Mohon Tunggu... Captain Pilot / Purnawirawan Perwira Penerbang POLRI - .

Lahir di Bogor tanggal 08 Februari 1941

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Pendaratan Maut di Laut Penerjun Bebas

27 Maret 2016   10:49 Diperbarui: 27 Maret 2016   15:06 971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi penerjun bebas. Sumber: Tribunnews.com"][/caption]Capt. John Brata  ATPL 760 . 

Seorang penerjun bebas yang wanita usia 24 tahun tewas setelah mendarat di laut. Pendaratan yang tidak direncanakan terjadi disaat event Air Show 2016 di Yogya merupakan tragedi yang membuat hati berduka. Bukan cuma duka keluarga. Duka seluruh bangsa.

Pertanyaannya mengapa tragedi menyedihkan seperti ini dapat terjadi? Tulisan ini bukan di posting untuk mencari kambing hitam. Bukan mencari siapa yang salah. Bila dikatakan apa yang salah, ya gpp yang penting kejadian seperti ini jangan terulang kembali.

Ada kisah duka dalam perang dunia kedua (WW II), lupa di mana sih. Tetapi yang menyangkut seorang paratrooper tentara Amerika Serikat. Pasti bukan free faller. Zaman itu belum ada sang paratrooper yang terjun dengan parachute tentara biasa, beratsss payung bundar dan susah dikendalikan. Belum seaerodinamis seperti parachute zaman sekarang.

Si GI ini gabrusss di laut beserta parachutenya yang masih terkait di tubuhnya. Parachute kena air waduhhhh basah dan menjadi berat banget. Alkisah si GI tidak mampu membuka kaitan parachutenya dan tenggelam ditarik parachutenya yang sudah dirembesi air laut . Ya, paling tahan 3 menit pasti paru-parunya sudah dibanjiri air laut . 

Pada saat penulis belajar menjadi Pilot th 1964 di US Naval Air Training School, Pensacola Florida "sono" semua kadet diajari jangan sampai parachute masih nempel ditubuh bila nyemplung di laut .

Tempat latihan ini di sebuah kolam renang indoor yang gede beratap tinggi. Letaknya di lingkungan Pangkalan US Naval Base di Penseacola Florida . Penulis yang saat itu di Battalyon III, E Comnpany bersama dengan 6 Kadet AAL karena pendidikannya di Angkatan laut USA, sebelum diajari bagaimana menjadi pilot, harus, kudu, mesti bisa renang. 

Kami harus lulus beberapa stroke cara renang: back stroke, gaya bebas, gaya kodok, juga side stroke. Sebelumnya harus lulus renang dalam air sepanjang 50 meter. Juga ngapung daya tahan selama 2 jam dengan pakaian terbang lengkap (flightshute) plus sepatu boot. Katanya sih sepatu harus selalu dipakai agar tidak menarik ikan hiu.

Sebagai calon penerbang AL tentu biar kami "allied student" tentu semua silabus pelajaran disamakan dengan kadet  Amerika yang nantinya akan beroperasi dari Kapal Induk (Aircraft Carrier). Lha siapa tahu di masa yang akan datang NKRI akan memiliki Kapal Induk.

Saat itu perang Vietnam masih seru serunya. Dan yang diberi beasiswa paling banyak kadet-kadet Vietnam , juga Cuba dan Peru.

Persiapan sebagai penerbang AL sudah barang tentu persiapan bagaimana menyelamatkan diri bila pesawat saat melakukan TAKE OFF yang gagal dan "nyemplung " ke laut. 

Ada latihan yang namanya DILBERT DUNKER bagaimana bila pesawat sudah di dalam air, harus keluar dari cockpit . Latihannya di kolam renang dan bisa disaksikan dari sisi kolam.  Ada juga kadet Vietnam  si Quang  yang saking paniknya berkali kali diuji ya gak lulus. Pulang dia jadi sasaran Vietcong kaLEEE. 

Pada prinsipnya semua calon pilot ditekankan bila harus "bail out" loncat dari pesawat, cabut pengaman parachute dan mendarat di laut, jangan sampai parachute masih terkait di badan. 

Caranya ya selama masih terayun di angkasa, semua kaitan kaitan sudak dilepas, dan pada ketinggian 10 meter (perkiraan sendiri) melorot dari parachute, kaki rapat saat tercebur di laut. Kaki rapat mencegah "barang" yang nempel diselangkangan terluka, mungkin penyok yang mengakibatkan si pemilik pingsan.

Bila karena sesuatu saat tercebur ke dalam laut parachute mansih menempel, asal jangan panik, biar terbawa angin semua kaitan masih bisa dilepas. 

Latihan "melorot" dari parachute itu dilaksanakan di atas kolam renang, calon dikenakan parachute di ketinggian 30 feet (10 m) terayun-ayun dan harus melepaskan diri sendiri. 

Bila dalam waktu yang ditentukan kadet tidak melakukan akan dilepas secara otomatis oleh sang pelatih. Maka terjadilah gelak tawa bila sang kadet ketakutan dan lalu teriak-teriak: help help help sambil terayun-ayun gak enak. Begitu gabruss di air maka ramailah teriakan "chicken ckicken ati kwek kwek kwek!" Hahaha malunya itu!

Pengalaman penulis biar tidak pernah menjadi penerjun bebas, tetapi penerjunan pertama penulis di perairan Pulau Edam menyenangkan. Terjun payung itu safe. Karena selain payung utama masih disediakan payung cadangan  Asal jangan berbuat dosa terlalu gede payung cadangan pasti terbuka. 

Yang kudu diwaspadai dan dilatih ya saat kaki menyentuh tanah. Salah sedikit keluar dari area  pendaratan atau landing zone gak bisa berjalan tegak "pengkor" sedikit. Itulah sebabnya penerjun harus punya langganan tukang urut!

Katanya sebagai informasi olahraga yang melayang yang berbahaya adalah olahraga ski di salju. Meluncur sekian puluh atau ratus meter tanpa payung cadangan. 

Apakah penerjun yang namanya Wika saat akan mendarat di laut sudah melepas payungnya serta tim penyelamat sudah melaksanakan tugasnya dengan baik tetapi kejadian fatal tetap terjadi, pasti semuanya atas kehendak Tuhan. 

Selamat jalan penerjun yang perkasa, Tuhan akan menerimamu di surga dan semoga keluarga yang ditinggalkan terlebih dulu diberi kekuatan iman!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun