Mohon tunggu...
Money

Memperkuat Tata Kelola Zakat dalam Pengentasan Kemiskinan di Asia Tenggara

7 Desember 2016   05:08 Diperbarui: 8 Desember 2016   21:46 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Penulis : Fais Jauhari Firdaus (931316814 / Manajemen Ziswaf STAIN Kediri 2016)

"ORGANISASI DAN MANAJEMEN ZAKAT"

A.     Latar Belakang

Agama Islam bukan semata halnya yang mengatur antara hubungan manusia dengan tuhannya (hablumminallah), akan tetapi agama islam juga mengatur hubungan antara manusia satu dengan manusia yang lain (hablumminannas). Salah satu bukti yang nyata ada dalam rukun iman yaitu zakat. Zakat merupakan sebuah harta yang dikeluarkan bagi orang yang mampu guna sebagai kewajiban seseorang muslim, lalu didistribusikan kepada orang-orang yang kurang/tidak mampu. Zakat membuktikan bahwa hubungan kemanusiaan, yaitu: saling tolong-menolong antar sesama manusia, dibangun di atas nilai- nilai fondasi ketuhanan. Zakat menjadi bukti bahwa Islam bukan lah agama yang melupakan kehidupan dunia semata, melainkan kehidupan dunia dan akhirat sama-sama menjadi tujuannya.

Zakat juga sebagai sumber dana yang bisa disebut “potensial” dalam upaya mewujudkan dan menumbuhkembangkan rakyat dalam mencapai kesejahteraan. Oleh karena itu di negara Indonesia sendiri juga banyak organisasi atau lembaga yang mengelola zakat yang bertugas sebagai pengelola dari dana zakat agar zakat dapat lebih potensial dan lebih efektif dalam perannya sebagai sumber pengentasan kemiskinan dalam masyarakat. Dari pengelolaan zakat tersebut yaitu mulai dari pengumpulan, pendistribusian, pengawasan, pengadministrasian dan pertanggung jawaban dari semua harta yang dikelola.

B.      Tata Kelola Zakat “Organisasi dan Manajemen Zakat”

Zakat berarti suci, tumbuh, bertambah, dan berkah. Dengan demikian zakat itu membersihkan (menyucikan diri) seseorang dan hartanya, pahala bertambah, harta tumbuh (berkembang), dan membawa berkat.[1]

Secara sosial, zakat berfungsi sebagai lembga jaminan sosial (Qardhawi, 1987, dalam Dahlia Herliyani, 2005). Dengan menggunakan lembaga zakat, maka kelompok orang yang kurang mampu tidak akan lagi merasa khawatir terhadap kelangsungan hidup yang mereka jalani. Hal ini terjadi karena dengan adanya substansi zakat merupakan mekanisme yang menjamin kelangsungan hidup mereka ditengah masyarakat, sehingga mereka merasa hidup di tengah masyarakat yang beradab, memiliki hati nurani, kepedulian dan juga tradisi saling menolong.[2]

Di Indonesia, pengelolaan zakat diatur berdasarkan Undang-Undang No.38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa organisasi atau lembaga pengelola zakat yang ada di Indonesia dapat berupa BAZ (Badan Amil Zakat) yang dikelola oleh pemerintah serta dapat pula berupa LAZ (Lembaga Amil Zakat) yang dikelola oleh swasta. Meskipun dapat dikelola oleh dua pihak yaitu negara dan swasta, lembaga pengelola zakat harus bersifat: Independen, Netral, Tidak berpolitik praktis, dan tidak bersifat dikriminatif.

Lalu dalam manajemen zakat itu sendiri meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan serta pertanggung jawaban terhadap harta zakat agar harta zakat tersebut dapat diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan aturan-aturan yang telah ditentukan oleh syara sehingga dapat tercapai misi utama zakat yaitu untuk mengentaskan kemiskinan.

Struktur organisasi dan manajemen lembaga pengelola zakat, terutama yang berbentuk lembaga amil zakat yang milik swasta atau masyarakat biasanya mengacu pada UU Yayasan dan berbadan hukum yayasan. Untuk menghindari terjadinya dualisme dalam pandangan kedua undang-undang tersebut, maka lembaga pengelola zakat harus memiliki unsur-unsur yang dibawah ini:

1.    Dewan Pembina

Dewan Pembina bertugas untuk:

a. Memberikan nasihat dan arahan kepada dewan pengurus atau manajemen lembaga pengelola zakat.

b. Memilih, menetapkan, dan juga memberhentikan dewan pengawas syariah.

c. Mengangkat dan memberhentikan dewan pengurus.

d. Meminta pertanggung jawaban pengurus.

e. Menetapkan arah dan kebijakan organisasi.

f. Menetapkan berbagai program organisasi, dan

g. Menetapkan RKAT ( Rencana Kerja Anggaran Tahunan) yang diajukan pengurus.

2.    DPS (Dewan Pengawas Syariah)

a. Melaksanakan fungsi pengawasan atas kegiatan yang dilakukan oleh pihak manajemen terkait dengan kepatuhan terhadap ketentuan syariah.

b. Memberikan koreksi dan juga saran perbaikan kepada pihak manajemen bila terjadi penyimpangan terhadap ketentuan syariah, dan

c. Memberikan laporan atas pelaksanaan pengawasan kepada dewan pembina.

3.     Dewan Pengurus/Manajemen Lembaga Pengelola zakat

Secara umum tugas yang dilakukan oleh pihak manajemen adalah untuk melaksanakan arah dan juga kebijakan umum dari lembaga pengelola zakat dan juga merealisir berbagai rencana yang sudah ditetapkan oleh pihak pengurus, terdiri dari:

a. Ketua atau direktur. Tugas utam yang dilaksanakan memastikan pencapaian dari berbagai tujuan yang dilaksanakan oleh lembaga pengelola zakat.

b. Bagian penyaluran ZIS. Membuat program kerja distribusi ZIS dan juga melaksanakan pendistribusian ZIS tersebut.

c. Bagian Keuangan. Bertugas membuat laporan keuangan dari lembaga pengelola zakat dan juga melakukan pengelolaan asset-aset yang dimiliki oleh lembaga pengelola zakat. Dalam bagian keuangan juga terdapat bagian akuntansi, bendahara, dan juga internal audit.

d. Koordinator program. Menyusun dan juga melaksanakan berbagai program yang dilakukan oleh lembaga pengelola zakat, serta menyusun laporan kinerja lembaga pengelola zakat.

e. Bagian pembinaan mustahik, melakukan pendataan mustahik yang ada dan lalu mencatat dalam data mustahik yang dimiliki oleh lembaga pengelola zakat. Selain itu juga melakukan pembinaan terhadap mustahik dan melakukan pemantauan atas berbagai program distribusi ZIS kepada para mustahik

f. Bagian pengumpulan dana ZIS. Bertugas untuk melakukan pengumpulan dana ZIS diwilayah yang menjadi tanggung jawab serta menyetorkan berbagai dana ZIS tersebut kepada bendahara ZIS. (Mahmudi, 2009)

       Oleh karena itu zakat perlu dikelola dengan mekanisme manajemen yang tersusun secara sistematis dan rapi. Organisasi/ lembaga penyalur zakat perlu manajemen yang bagus layaknya suatu badan usaha yang bergerak dalam bisnis. Namun, tetap saja berbeda konteksnya bagi organisasi penyalur zakat karena organisasi ini tidak berhak untuk bergerak dalam usaha yang menangguk profit. Dengan demikian, sistem manajerial dalam lembaga penyalur zakat beda dengan badan usaha pada umumnya.[3]

       Dalam perkembangan zaman, pengelolaan zakat menghadapi beberapa kendala atau hambatan, sehingga pengelolannya masih belum optimal dalam perekonomian. Diantara hambatan tersebut adalah sebagai berikut:[4]

a. Minimnya sumber daya manusia yang berkualitas

b. Pemahaman fiqih amil yang belum memadai

c. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam membayar zakat

d. Tidak semua lembaga pengelola zakat menggunakan teknologi dan sitem informasi zakat yang modern.

C.     Kesimpulan

        Zakat merupakan sumber dana potensial yang dimanfaatkan sebagai upaya untuk mewujudkan kesejah teraan rakyat. Pelaksanaan ibadah zakat melibatkan sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan harta benda sejak pengumpulan, pendistribusian, pengawasan, pengadministrasian dan pertanggung jawaban harta zakat.

        Pengelolaan zakat diatur berdasarkan Undang-Undang No.38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa organisasi atau lembaga pengelola zakat yang ada di Indonesia dapat berupa BAZ (Badan Amil Zakat) yang dikelola oleh pemerintah serta dapat pula berupa LAZ (Lembaga Amil Zakat) yang dikelola oleh swasta.

        Lembaga pengelola zakat yang bersifat swasta biasanya mengacu pada UU Yayasan, untuk menghindari terjadinya dualism, lembaga pengelola harus memiliki unsure-unsur antara lain:

a. Dewan pembina

b. DPS (Dewan Pengawas Syariah)

c. Dewan Pengurus/Manajemen Lembaga Pengelola Zakat

DAFTAR PUSTAKA

Ali M. Hasan, Zakat dan InfakSalah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di Indonesia, Jakarta, Kencana Prenada Media Group;2006.

http://iqbalkautsar.blogspot.co.id/2009/06/manajmen-lembaga-pengelola-zakat.html

Huda Nurul, Heykal Mohammad, Lembaga Keuangan Islam teoritis dan praktis,Jakarta, Kencana Prenada Media Group;2010.

Nur M. Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah Suatu Kajian Teoritis Praktis,Bandung, Pustaka Setia; 2012.

ENDNOTE

[1] M. Ali Hasan, Zakat dan InfakSalah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di Indonesia, Jakarta, Kencana Prenada Media Group;2006, hal 15.

[2] Nurul Huda, Mohammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam teoritis dan praktis,Jakarta, Kencana Prenada Media Group;2010, hal 304.

[3] http://iqbalkautsar.blogspot.co.id/2009/06/manajmen-lembaga-pengelola-zakat.html

[4] M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah Suatu Kajian Teoritis Praktis,Bandung, Pustaka Setia; 2012, hal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun