Mohon tunggu...
Ronald Wijaya
Ronald Wijaya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

"Age of Eritrosit"

25 November 2017   14:19 Diperbarui: 25 November 2017   14:44 3002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Syaloom para pembaca, artikel pada bulan ini akan membahas mengenai suatu studi kasus : Apakah eritrosit semakin berjalannya waktu semakin lemah, sehingga usianya kurang dari 120 hari ataukah eritrosit semakin lemah karena masa kini orang -- orang lebih pekerja keras dan lebih sibuk? Untuk mengawali artikel yang satu ini, kita awali dengan dasar teori.

Apa itu Eritrosit?

Sel darah merah merupakan sel yang paling sederhana yang terdapat di dalam tubuh. Dalam istilah medis sel darah merah dikenal sebagai eritrosit.Eristrosit merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani, yakni erythosyang berarti merah dan kytosyang berarti selubung darah.

Eritrosit merupakan bagian dari sel darah dengan jumlah terbanyak di dalam tubuh yang produksinya berbeda antara masa janin dengan masa sesudah kelahiran. Dalam beberapa minggu pertama kehidupan embrio, sel darah merah yang berinti di produksi di yolk sac.Kemudian memasuki pertengahan trimester masa gestasi, produksi eritrosit diambil alih oleh hati (organ utama produksi eritrosit), limpa dan kelenjar limfe. Setelah itu, kira-kira selama sebulan terakhir kehamilan dan sesudah lahir, eritrosit hanya diproduksi di sumsum tulang. Proses pembentukan eritrosit disebut eritropoisis.

Produksi eritrosit dirangsang oleh hormon eritropoietin. Sel pembentuk eritrosit adalah hemositoblas yaitu sel batang myeloid yang terdapat di sumsum tulang.

Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah. Setiap milliliter darah mengandung rata-rata sekitar 5 miliar eritrosit (sel darah merah),yang secara klinis sering dilaporkan dalam hitung sel darah merah sebagai 5 juta per millimeter kubik (mm3).

Eritrosit berbentuk lempeng bikonkaf,yang merupakan sel gepeng berbentuk piringan yang dibagian tengah dikedua sisinya mencekung,seperti sebuah donat dengan bagian tengah mengepeng bukan berlubang. Dengan diameter 8 m, tepi luar tebalnya 2 m dan bagian tengah 1 m.

Ada 2 macam hemolisa, yaitu hemolisa osmotik dan hemolisa kimiawi. Hemolisa osmotik terjadi karena adanya perubahan yang besar antara tekanan osmosa cairan di dalam sel darah merah dengan cairan di sekeliling sel darah merah, sedangkan pada jenis hemolisa kimiawi, SEL DARAH MERAH dirusak oleh macam-macam substansi kimia.

Dari teori di atas, marilah kita analisis studi kasus ini.

Sebelumnya mari bahas lebih dalam mengenai jalan perkembangan eritrosit dari kita lahir hingga sekarang.

Pertama -- tama, eritrosit (sel darah merah) dihasilkan pertama kali di dalam kantong kuning (yolk sac) .Sejak usia 6 minggu sampai bulan ke 6 dan 7 masa janin. Setelah beberapa bulan kemudian, eritrosit terbentuk di dalam hati, limfa, dan sumsum tulang. Setelah dewasa eritrosit dibentuk di sumsum tulang membranosa.

Semakin bertambah usia seseorang, maka produktivitas sumsum tulang semakin turun. Sumsum kuning berlemak yang tidak mampu melakukan eritropoesis secara betahap menggantikan sumsum merah,yang hanya tersisa disternum,vertebra,iga,dasar tengkorak,dan ujung-ujung atas ekstermitas yang paling panjang.Sumsum merah tidak hanya menghasilkan sel darah merah tetapi juga merupakan sumber leukosit dan trombosit, eritrosit. Rata-rata umur sel darah merah kurang lebih 120 hari. Kemudian, setelah mendekati 120 hari sel-sel darah merah menjadi rusak dan dihancurkan dalam sistem retikulum endotelium terutama dalam limfa dan hati.

Proses penghancuran atau pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas disebut dengan hemolisis. Dari dasar teori di atas kita tahu bahwa ada hemolisis osmotik dan kimiawi. Apa itu hemolisis osmotik dan kimiawi?

Hemolisis osmotik

Dalam hal ini tekanan osmosa sel darah merah jauh lebih besar daripada tekanan osmosa di luar sel. Tekanan osmosa di dalam sel darah merah sama dengan tekanan osmosa larutan nacl 0.9%. Bila sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan 0.8% belum terlihat adanya hemolisa, tetapi sel darah merah yang dimasukkan ke dalam larutan nacl 0.4% hanya sebagian saja yang megalami hemolisa, sedangkan sebagian sel darah merah yang lainnya masih utuh. Perbedaan ini disebabkan karena umur sel darah merah, sel darah merah yang sudah tua, membran selnya mudah pecah sedangkan sel darah merah muda membran selnya masih kuat. Bila sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan nacl 0.3% semua sel darah merah akan mengalami hemolisa. Hal ini disebut hemolisa sempurna.

Selain itu, melalui percobaan di atas, dapat dicari jenis larutannya. Jenis larutan hipotonis adalah larutan yang memiliki tekanan osmosa lebih kecil dari eritrosit. Jenis larutan isotonis adalah larutan yang memiliki tekanan osmosa sama besar dengan eritrosit. Jenis larutan hipertonis adalah larutan yang tekanan osmosanya lebih besar dari eritrosit.

Dari pernyataan analisis di atas, dapat didapatkan sebuah informasi simpulan yaitu hemolisis ( osmotik ) dipengaruhi oleh umur sel darah merah dan dihubungkan dengan membran sel. Sel darah merah yang tua membran selnya mudah pecah, sedangkan sel darah merah yang muda membran selnya masih kuat.

Hemolisis kimiawi

Sedangkan pada jenis hemolisa kimiawi, sel darah merah dirusak oleh macam-macam substansi kimia. Dinding sel darah merah terutama terdiri dari lipid dan protein, membentuk suatu lapisan lipoprotein. Jadi, setiap substansi kimia yang dapat melarutkan lemak (pelarut lemak) dapat merusak atau melarutkan membran sel darah merah. Sekedar tambahan info saja, contoh pelarut lemak adalah kloroform, aseton, alkohol benzen, dan eter. Selain itu bisa ular dan kalangjengking juga dapat merusak membran eritrosit.

Membran sel eritrosit seperti hanya membran sel lainnya tersusun atas lipid bilyer, dan bersifat semipermeabel

Pada kondisi cairan hipertonis, maka air akan berpindah dari dalam eritrosit ke luar sehingga eritrosit akan mengalami penyusutan (krenasi). Sebaliknya pada kondisi larutan hipotonis, maka air akan masuk ke dalam sitoplasma eritrosit sehingga eritrosit akan menggembung yang kemudian pecah (lisis). Kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit diperngaruhi oleh konsentrasi larutan.

Dari pernyataan di atas, dapat diketahui juga bahwa hemolisis ( kimiawi ) dipengaruhi oleh konsentrasi suatu larutan yang dapat menyebabkan krenasi atau lisisnya eritrosit.

Dalam pernyataan pertama, dikatakan eritrosit semakin lama semakin lemah. Saya setuju atas pernyataan itu. Pertama kita lihat dari sudut pandang generasi. Pada masa saat ini, kita mengetahui bahwa makanan kita tipe -- tipenya adalah fastfood, junkfood, dan snack -- snack lainnya yang menggunakan bahan kimia seperti penyedap rasa, pewarna, pengharum, pemanis, dan lain -- lain. Jauh lebih tidak sehat daripada generasi sebelumnya, yang produksi bahan kimia untuk komsunsi lebih sedikit daripada sekarang, dan lebih mementingkan rasa yang begitu organik.

Bahan kimia yang ada pada makanan tersebut dapat berpengaruh buruk pada tubuh manusia. Seperti contohnya, makanan yang mengandung MSG / "micin", jika dikonsumsi melebihi batas normal dapat menyebabkan kanker otak, tekanan darah tidak normal, meningkatkan resiko terkena sakit jantung. Hal -- hal ini dapat memicu terjadinya penurunan oksigenasi jaringan dan terjadi hipoksia, sehingga memperlambat produksi eritrosit. Jika tubuh terpaksa menghasilkan darah merah lebih banyak untuk dipakai ( misal di cuaca dingin ) padahal tubuh masih dalam hipoksia, eritrosit yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang tidak normal / buruk sehingga dapat menurunkan usia sel darah merah tersebut.

Kedua, kita lihat dari sudut pandang umur hidup manusia. Dalam analisis sebelumnya, ditemukan bahwa manusia yang masih muda memiliki membran sel darah merah yang lebih kuat daripada manusia yang berusia tua. Karena semakin lemah membran sel darah merah, juga semakin tingginya kemungkinan terjadi hemolisis. Maka pernyataan ini mendukung pernyataan yang utama yaitu bahwa semakin lama usia /waktu eritrosit semakin lemah.

Pernyataan utama kedua yaitu, dikatakan eritrosit semakin lemah karena manusia semakin sibuk. Saya juga tidak dapat tidak setuju dengan pendapat ini, karena memang ada benarnya juga.

Misalnya, kita bekerja keras hingga larut malam kemudian kepala kita terasa ringan, nafas sesak, wajah terlihat pucat. Hal itu disebabkan karena kecapekan dan merupakan gejala penderita anemia. Anemia adalah keadaan saat jumlah eritrosit atau jumlah hemoglobin          ( HB ) dalam sel darah merah berada di bawa normal. Dari sini saja, kita bisa melihat dan memahami bahwa eritrosit juga berhubungan dengan kecapekan dari bekerja keras. Karena anemia menandakan bahwa tubuhmu berada dalam kondisi hipoksia / kekurangan oksigen dan itu artinya produksi eritrosit pada tubuhmu tidak lagi normal, dan jika dipaksa untuk diproduksi lagi, akan menghasilkan kualitas eritrosit yang tidak normal pula dan usianya pun tak lebih dari 120 hari.

Namun selain itu, usia eritrosit juga bisa menurun karena kurang minum loh. Karena dalam pembentukan eritrosit perlu adanya eritroprotein yang sebagian besar ( 90 -- 95 % ) dihasilkan di dalam ginjal. Mengapa kurang minum dapat menyebabkan usia eritrosit menurun? Salah satu penyebab penyakit gagal ginjal adalah kurang minum / dehidrasi. Jika ginjal kurang berfungsi dengan baik, maka eritroprotein yang dihasilkan pun hasilnya akan kurang baik pula.

Dengan begitu dapat disimpulkan, bahwa pertumbuhan dan fragilitas eritrosit dipengaruhi oleh berbagai macam. Yaitu faktor usia, kesehatan pada tubuh kita, kegiatan sehari -- hari. Tentu juga dipengaruhi oleh perkembangan zaman, semakin maju zamannya, makanan yang kita konsumsi semakin kurang sehat karena sudah dicampuri bahan kimia, dan hal ini secara tidak langsung berpengaruh kepada kesehatan tubuh kita, dan dapat memperpendek umur eritrosit kita.

Dari pernyataan utama 1 dan 2, saya lebih setuju dan mendukung pernyataan 1 yaitu "eritrosit semakin berjalannya waktu semakin lemah" daripada pernyataan kedua. Walaupun, sebenarnya pernyataan 1 dan 2 saling berhubungan. Yaitu semakin berjalannya waktu, manusia juga semakin menjadi pekerja keras.

Maka dari itu, baiklah kita menjaga kesehatan dan mengatur pola makan kita sejak dini, sehingga usia eritrosit normal dan dapat terhindar dari berbagai macam penyakit ( misalnya Anemia ). Untuk kesehatan darah, cobalah mengonsumsi lebih hati, tahu, tiram, tanpa lemak dan sayuran hijau seperti bayam, dan buah kering seperti kismis karena mengandung zat besi.

anemia-5a1919c89f91ce421c137392.jpg
anemia-5a1919c89f91ce421c137392.jpg
Zat besi yang masuk ke dalam tubuh terasa percuma jika tidakdiserap sempurna. Maka dibutuhkan kandungan nutrisi Vitamin C yang dapat membantu tubuh menyerap zat besi. Yaitu jus jeruk, brokoli, stroberi, dan buah atau sayuran yang kaya akan vitamin C. Vitamin B12 juga penting untuk kesehatan darah, dapat kita temukan di hati sapi, telur, daging, ikan, susu, dan produk susu lainnya.

Pastikan diri kita mengonsumsi makanan yang bervariasi dan bergizi seimbang agar mencegah anemia. Diet yang terlalu ketat juga merupakan faktor resiko terkena anemia. Lebih lagi pada wanita hamil dan wanita pada umumnya rentan terkena anemia, maka mereka harus lebih ketat dalam menjaga kesehatan tubuhnya dengan mengonsumsi makanan -- makanan yang telah disebutkan.

SEKIAN, TERIMA KASIH

Sumber :

www.Artikelkesehatan99.com

Id.m.wikipedia.org

www.Annida-online.com

zonabawah.co.id

www.alodokter.com

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun