Semakin bertambah usia seseorang, maka produktivitas sumsum tulang semakin turun. Sumsum kuning berlemak yang tidak mampu melakukan eritropoesis secara betahap menggantikan sumsum merah,yang hanya tersisa disternum,vertebra,iga,dasar tengkorak,dan ujung-ujung atas ekstermitas yang paling panjang.Sumsum merah tidak hanya menghasilkan sel darah merah tetapi juga merupakan sumber leukosit dan trombosit, eritrosit. Rata-rata umur sel darah merah kurang lebih 120 hari. Kemudian, setelah mendekati 120 hari sel-sel darah merah menjadi rusak dan dihancurkan dalam sistem retikulum endotelium terutama dalam limfa dan hati.
Proses penghancuran atau pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas disebut dengan hemolisis. Dari dasar teori di atas kita tahu bahwa ada hemolisis osmotik dan kimiawi. Apa itu hemolisis osmotik dan kimiawi?
Hemolisis osmotik
Dalam hal ini tekanan osmosa sel darah merah jauh lebih besar daripada tekanan osmosa di luar sel. Tekanan osmosa di dalam sel darah merah sama dengan tekanan osmosa larutan nacl 0.9%. Bila sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan 0.8% belum terlihat adanya hemolisa, tetapi sel darah merah yang dimasukkan ke dalam larutan nacl 0.4% hanya sebagian saja yang megalami hemolisa, sedangkan sebagian sel darah merah yang lainnya masih utuh. Perbedaan ini disebabkan karena umur sel darah merah, sel darah merah yang sudah tua, membran selnya mudah pecah sedangkan sel darah merah muda membran selnya masih kuat. Bila sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan nacl 0.3% semua sel darah merah akan mengalami hemolisa. Hal ini disebut hemolisa sempurna.
Selain itu, melalui percobaan di atas, dapat dicari jenis larutannya. Jenis larutan hipotonis adalah larutan yang memiliki tekanan osmosa lebih kecil dari eritrosit. Jenis larutan isotonis adalah larutan yang memiliki tekanan osmosa sama besar dengan eritrosit. Jenis larutan hipertonis adalah larutan yang tekanan osmosanya lebih besar dari eritrosit.
Dari pernyataan analisis di atas, dapat didapatkan sebuah informasi simpulan yaitu hemolisis ( osmotik ) dipengaruhi oleh umur sel darah merah dan dihubungkan dengan membran sel. Sel darah merah yang tua membran selnya mudah pecah, sedangkan sel darah merah yang muda membran selnya masih kuat.
Hemolisis kimiawi
Sedangkan pada jenis hemolisa kimiawi, sel darah merah dirusak oleh macam-macam substansi kimia. Dinding sel darah merah terutama terdiri dari lipid dan protein, membentuk suatu lapisan lipoprotein. Jadi, setiap substansi kimia yang dapat melarutkan lemak (pelarut lemak) dapat merusak atau melarutkan membran sel darah merah. Sekedar tambahan info saja, contoh pelarut lemak adalah kloroform, aseton, alkohol benzen, dan eter. Selain itu bisa ular dan kalangjengking juga dapat merusak membran eritrosit.
Membran sel eritrosit seperti hanya membran sel lainnya tersusun atas lipid bilyer, dan bersifat semipermeabel
Pada kondisi cairan hipertonis, maka air akan berpindah dari dalam eritrosit ke luar sehingga eritrosit akan mengalami penyusutan (krenasi). Sebaliknya pada kondisi larutan hipotonis, maka air akan masuk ke dalam sitoplasma eritrosit sehingga eritrosit akan menggembung yang kemudian pecah (lisis). Kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit diperngaruhi oleh konsentrasi larutan.
Dari pernyataan di atas, dapat diketahui juga bahwa hemolisis ( kimiawi ) dipengaruhi oleh konsentrasi suatu larutan yang dapat menyebabkan krenasi atau lisisnya eritrosit.