KAU
- Rosyi Agustine di sana
Â
Kelak aku berdiri sejajar dengan labirinmu
dan di kantong celana menyimpan cinderamata buatmu
serta tas di punggung sudah bertukar wajah denganku
begitu juga kuciptakan aksara terbaik agar tak kaku
aku akan pulang dari sini menggelamkan hari yang lalu
berkumpul lagi di rumah menyimpan tenaga dari ibuku
sembari menentukan tanggal yang kutentukan aku merindu
tak pelak bahwa ini akan gagal di mana srigala sedang berburu
kalau mungkin kau menyebutku di sergap lagi
kan bercumbu seringkali terucap dunia ini beragam
kelancangan dan kebohongan terlampau padat
setiap tempat bicara kapasitas di kerongkongan
belum lagi elektabilitas lampu-lampu jalan yang berpijaran
aku tak kan heran lagi kalau terang berubah gelap di keramaian
dan kau tidak serta merta terlahir karena berkunjung
mintalah aku bersujud kukira kau sendiri menyanjung
dan memuja atas dunia ini yang cedera dan bergelembung
pasrahlan lumbung-lumbung pada Nya kita menanggung
tak mengerti apakah kau hujan setitik atau menggunung
Â
Halah sudikah kau melayani deskirpsi ini dari pendosa
letakkan saja aku di kubah tertinggi
hari nanti pasti kan kuakui
Â
Mataram, Juni 2013
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
BERITA DARI CILACAP
Â
Di wajahku ada senyum di bulan ini
apakah bahagia atau duka atau juga luka
pastinya aku tak boleh menangis atau meringis
karena sakit pahit terbelit luka sebelumnya
bahkan aku sempat mengernyit dahi kau kini
membawa berita kalau kau luluh pada rapuhku
tapi yang tak kan pernah lupa aku kini terus sakit
meskipun aku tak pernah merasa kalau sedetikpun
karena aku dan kau saling berkejaran setiap perbatasan
atau kau selalu menganggap aku setan yang terkutuk
dan setiap kerjaku adalah bagian orang-orang sinting
lalu kudengar denting piano apakah kau menggiringingnya kemari
entahlah kalau menurutku ini semua tak penting
maka kutinggalkan saja berita ini biar di giring ke sana sini
Â
Bangkalan, Juli 2015
Â
SEBULAN SETELAH KAU KIRIM BERITA
Â
Aku tetap hidup sayangku bahkan seribu tahun lagi
tak apa kalau nantinya kau tetap akan mengelak
bersikeras mencari hidup dari batas kota yang lain
dan bertemu lagi sesuai dengan janji yang kita ucap
kemudian saling melepas kepergian masing-masing
tahukah kau akhir yang mana menjadi pusing nadiku
Â
Sesuatu yang tak kan kutahu kecuali pasti kita bertemu
tapi rasanya pagi itu kau sendiri sedang membuka tabir
hanya sepatah kata keluar dari bibirmu sedikit nyinyir
tak seperti sebelumnya panjang lebar bicara takdir
maka kupastikan dengan ini adalah makna dari pelarian saja
Â
Â
Sumenep, Agustus 2015
Â
Â
SEHARI SEBELUM KITA BERJANJI
- sayangku Rosyi Agustine
Â
Tidak sayangku aku tak kan bisa membencimu
meskipun dari awal ku tak percayai rasa cemas
tapi tubuhku hampir lemas menulis dinding kamar
bukan dari aksara dan angka melainkan dengan mawar
yang berantakan lalu runtuh bukan luluh tapi jatuh
Â
Apa sebab musabab aku membacamu dahulu
bukankah ada aksara lain yang sedang kusembunyikan
ya memang kutunggu tamu dan kuharap bawa buku baru
tapi tak kunjung datang janur kuningpun sudah melayu
para undangan pulang dan penghulu berang menunggu
di Kasongan itu seketika tak patah arang semua berlalu
padahal sebelumnya berlompatan ke sana kemari aku
layaknya anak-anak bermain dengan nakal dan lucu
kudorong gadis-gadis hingga jatuh dan kutepuk bokongnya
karena aku berjanji tak kan membaca lagi meski tak di tolong
aku tak mau tapi aksaramu terlampau penolong agar tak kubaca
Â
Namun tak pernah jera mungkin karena aku sulit membaca
karenanya aku bersikeras membacamu dengan sedikit kupaksa
baru setelahnya aku akan membacanya meskipun dalam labirinku
harusnya bukan kau yang kubaca entah kenapa aku melawannya
dan harus kubaca semakin kau susah kuingin semakin keras pula
aku dingin menghentikan para tamu buang semua permainan
dari gangsing tali temali jaranan aku semakin tiang membacamu
Â
Surabaya, 27 agustus 2015
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H